SOLOPOS.COM - Sejumlah karyawan mempersiapkan pesanan tas lokal asal Klaten, Kimi Bag. (Istimewa/Ria).

Solopos.com, SOLO — Mengganti metode pemasaran dari menggunakan website gratisan ke domain berbayar membawa berkah bagi Khusnul Itsariati dan A. Haris Akbar. Pemilik merek tas lokal asal Klaten Kimi Bag ini mampu merambah ke pasar ekspor.

Hal ini mereka ungkapkan kepada Solopos.com, Rabu (20/9/2023). Ria, sapaan akrab Khusnul bekisah merintis usaha ini sejak 2011. Berbekal hobi menjahit dan membuat kreasi kostum teater. Awalnya ia hanya melayani permintaan pesanan tas blacu polos rekan-rekannya dari Yogyakarta. Pesanan pertama yang datang pada Ria, awalnya hanya berjumlah satu hingga dua lusin.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Pola pemasarannya berjalan dari mulut ke mulut. Kemudian berkat saran dari temannya, Ria memutuskan untuk membuat laman gratis. Penggunaan website gratisan itu berlangsung beberapa saat. Setelah beralih ke website profesional yang berbayar, ia bisa mendapatkan pesanan dari berbagai negara. Pemasaran melalui website profesional mereka nilai tepat. Banyak pesanan datang dari Swiss, Belanda, Malaysia, Brunei, Australia, hingga Swedia.

Saat ini Ria mengaku tengah mengirim produk ke Spanyol. Berkait pendampingan dari Bank Indonesia dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, produk Ria juga dipasarkan hingga Perancis. Meski begitu, menurut Ria, spesifikasi pesanan dari luar negeri cukup rigid, karena beberapa hal teknis. Awalnya, setiap Ria memproduksi tas, ia selalu rutin mengunggah dalam laman gratis tersebut. Ia juga aktif membagikan unggahan tersebut ke media sosial lainnya. Alhasil, setelah tiga bulan konsisten, permintaan pesanan tas mulai datang.

Ria mengaku tidak takut bersaing dengan produk imitasi dengan harga murah. Ia hanya percaya pada karakter merek yang ia buat. Lambat laun, banyak pelanggan Ria yang mulai meminta desain khusus. “Jadi tambah banyak koleksi model, bahan, print, dan lain-lain. Itu dididik sama customer. The power of listening, the power of melayani. Jadi kami malah enggak merasa bersaing dengan siapa-siapa,” terang Ria.

Ria bahkan menyebut hampir 85% model tas yang ia produksi merupakan permintaan dari pelanggan. Mulai dari jenis tote bag, drawstring bag, sling bag, dan backpack. Interaksi dengan pelanggan selalu ia jaga untuk penyempuranaan produknya. Ia hanya mengeksekusi keinginan pelanggan setianya.

Selain fokus memproduksi tas berbahan dasar blacu, Ria juga memproduksi tas berbahan dasar kanvas, kemudian juga muncul pesanan tas goni. Karakteristik produk Ria saat ini disebut-sebut sebagai produk ramah lingkungan atau sustainable.

“Karena itu kami disebut sebagai sustainable, green, ecofriendly. Akhirnya kami semakin sadar posisi strategis ini, kami lanjutin saja. Box packaging kami pilih yang kraft, warna tema tanah. Kertas tag, hampir pakai kertas kraft. Ini yang terus memadat menjadi tagline kami, less plastico, more canvaso,” tambah dia.

Dalam sebulan Ria bahkan mampu memproduksi ribuan tas. Misalnya untuk tas model pouch bisa diproduksi hingga 7.000 buah sebulan yang dipesan oleh Dufrindo International. Sementara itu untuk tas model sling bag, Ria bisa memproduksi 100-an tas dalam sebulan.

Produk miliknya juga digemari sebagai suvenir. Misalnya untuk suvenir pernikahan saja, ia bisa memenuhi pesanan 500 hingga 1.000 tas dengan kisaran harga Rp10.000 hingga Rp50.000 per buah.

Sementara itu, untuk suvenir acara kantor, hotel, mal, dan perbankan ia biasanya menerima pesanan sebanya 500 hingga 1.000 buah dengan kisaran harga Rp100.000 hingga Rp250.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya