Bisnis
Sabtu, 16 September 2023 - 20:23 WIB

Berawal dari Hobi, Pemuda Karanganyar Ini Sukses Budidaya Tanaman Hidroponik

Anik Sulistyawati  /  Rosyid Herlambang  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani muda dari Kecamatan Wonorejo, Karanganyar, Wiliam Perdana (kiri) sukses membangun Valefarm Hidroponik. (Tangkapan Layar Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, SOLO — Sistem hidroponik menjadi tren di bidang  pertanian saat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Tren ini tampaknya kian berkembang meski pandemi sudah berlalu.

Hidroponik merupakan salah satu metode tanam yang bisa menjadi solusi bagi petani yang tidak memiliki banyak lahan. Metode tanam ini digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman tanpa menggunakan tanah dan hanya mengandalkan media air yang telah dicampur dengan larutan mineral dan nutrisi lainnya.

Advertisement

Dimulai dari hobi, pertanian hidroponik jika ditekuni dengan serius juga bisa menjadi usaha yang menguntungkan. Hal itu telah dibuktikan oleh salah satu petani muda dari Kecamatan Wonorejo, Karanganyar, William Perdana, yang telah sukses membangun Valefarm Hidroponik. Pria ini mengaku telah menekuni budidaya tanaman hidroponik sebelum pandemi Covid-19.

“Awalnya saya memulai [usaha hidroponik] pada tahun 2019, tanggalnya 31 Juli. Jadi sebelum Covid,” ujar William dalam wawancara yang disiarkan di Youtube Espos Indonesia belum lama ini.

Advertisement

“Awalnya saya memulai [usaha hidroponik] pada tahun 2019, tanggalnya 31 Juli. Jadi sebelum Covid,” ujar William dalam wawancara yang disiarkan di Youtube Espos Indonesia belum lama ini.

Pria yang punya hobi menanam ini berkisah, saat memulai menekuni hidroponik dia hanya memanfaatkan lahan sempit di depan rumahnya dan menggunakan bahan seadanya.

“Waktu itu saya membeli box styrofoam bekas buah anggur seharga Rp5.000 an saja,” ujar William.

Advertisement

Bagi yang ingin mencoba budidaya tanaman dengan sistem hidroponik, William menyarankan untuk membuat instalasi sendiri guna menghemat biaya.

“Saya sarankan mending bikin sendiri saja, harga pertalang Rp100.000 kalau 10 kan jadi Rp1,6 juta. Besi-besinya mungkin harganya Rp500.000. Ditambah pompa dan tandon [air] kecil, mungkin di harga Rp3 juta atau Rp4 juta sudah jadi,” jelasnya.

William juga menunjukkan cara memilih dan menyemai bibit tanaman. Untuk benih sayuran dia menyarankan untuk memilih benih yang sudah ada sertifikasinya. Benih sayuran tersebut kemudian disemai di rockwool, media tanam dari batu yang dilebur lalu dijadikan semacam busa dan bisa menyerap air.

Advertisement

Cara menyemai bibit, rockwool berukuran 2,5 cm x 2,5 cm dibasahi kemudian benih ditaruh di setiap lubangnya maksimal dua biji. “Apabila isinya satu biji nanti tanaman akan berkembang lebih besar,” ujarnya.

Ketika sudah berumur 14 hari, tanaman yang sudah mulai tumbuh bisa dipindah ke meja peremajaan. Meja peremajaan ini fungsinya memberikan ruangan bagi tanaman yang masih kecil untuk tumbuh secara terpisah atau sendiri-sendiri sampai daunnya bisa saling bersentuhan satu sama lain saat diletakkan di meja atau talang peremajaan.

“Kita nanamnya rotasi. Setiap minggu kita semainya dua kali, kemudian setelah 14 hari tanaman dipindah ke meja peremajaan. Setelah satu minggu atau dua minggu pindah ke meja dewasa,” jelas William.

Advertisement

Dengan cara rotasinya tersebut, dia mengaku setiap hari bisa panen sehingga bisa mensuplai secara berkala kepada customer.
Terkait masalah hama, William mengatakan biasanya, hamanya akan muncul pada saat tanaman usia dewasa. Namun dia mengaku biasa melakukan pencegahan dengan pestisida nabati sebelum hama-hama berkembang dan menyerang tanaman.

“Kita selalu rutin seminggu sekali memberikan pestisida nabati yang terbuat dari bawang putih dan cabai yang bisa diracik sendiri atau membeli yang sudah jadi,” jelasnya.

Tanaman yang sudah dipindah ke meja pendewasaan biasanya akan ditempatkan selama sepekan atau dua pekan sebelum dipanen.

William menjelaskan salah satu hal mendasar dalam sistem hidroponik adalah menjaga aliran nutrisi bagi tanaman. Hal itu bisa dipenuhi dengan sistem yang disebut NFT (Nutrient Film Technique) yang artinya nutrisi mengalir setipis kaca film. “Dalam instalasi airnya mengalir tipis dan tidak sampai menggenang,” jelasnya.

Selain packcoy, Valefarm Hidroponik juga membudidayakan tanaman sayuran lain seperti selada hijau, selada merah, dan seledri dengan masa tanaman yang berbeda-beda. Untuk pemasaran, William mengaku melakukan branding di media sosial terutama Instagram, Youtube, Tiktok. Dari situlah produknya kian dikenal dan pelanggan pun berdatangan.

Untuk harga produk hasil panen, William mengaku menjual selada Rp22.000 per kilogram, packcoy Rp16.000 per kg, baby packcoy Rp20.000 per kg, seledri Rp20.000 per kg, dan selada merah Rp30.000 pe kg.

William juga punya pesan khusus bagi mereka yang ingin menekuni budidaya tanaman hidroponik.

“Yang penting suka dulu, karena kalau kita cuma lihat di Youtube lihat postingan teman-teman itu permukaannya saja. Kalau masuk [menekuni] ada tantangannya tersendiri. Tapi kalau sudah seneng, mau jatuh mau tanaman mati semua pun kita akan tetap bisa survive lagi,” ujarnya.

William pun tak pelit berbagi ilmu budidaya hidroponik yang sering dia bagi-bagikan melalui media sosial.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif