SOLOPOS.COM - Deretan ruko di Pasar Nusukan, Banjarsari, Solo. Banyak dari pedagang kecil di Pasar Nusukan terpaksa berutang kepada rentenir untuk mendapatkan modal. Kamis (9/2/2023). (Solopos.com/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Utang piutang melalui rentenir yang ada di pasar-pasar Soloraya sudah menjadi fenomena yang berjalan bertahun-tahun. Bagi para rentenir, “bisnis” tersebut merupakan cara mereka memutarkan uang yang dimiliki.

Sekaligus diklaim sebagai salah satu cara membantu pedagang yang kekurangan dana. Menurutnya, transaksi antara dia dan pengutang sudah disepakati dalam akad di awal.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Kesepakatan antara kedua belah pihak di antaranya konsekuensi bunga hingga cara pembayaran. 

Salah satu rentenir yang Solopos.com temui adalah Haryadi, warga Nusukan Solo. Ia biasanya meminjamkan uang kepada para pedagang di sekitar Pasar Nusukan, Banjarsari Solo.

Setiap harinya ia membawa uang tunai sebesar Rp15 hingga 20 juta untuk dipinjamkan kepada para pedagang mulai pukul 03.00 WIB.

“Biasanya saya bagi sama teman masing-masing Rp10 juta, kami kemudian berkeliling buat nyari pedagang yang mugkin perlu pinjaman mulai pukul 03.00 WIB sampai pukul 08.00 WIB, kami break dulu. Sekitar pukul 12.00 WIB kami mulai lagi mengumpulkan pinjaman plus bunganya,” jelas Haryadi pada Kamis (9/2/2023).

Meski demikian, tidak semua pinjaman ia ambil pada hari yang sama. Menurut Haryadi ada beberapa pedagang yang baru akan membayar per pekan atau di akhir bulan. Sekali lagi, durasi lama pinjaman dan bunga merupakan kesepakatan bersama.

“Intinya kami ini meminjamkan uang, ada negosiasi bunganya berapa dan kami jelaskan kepada pedagang juga butuhnya berapa. Makanya ada yang kami ambil per hari, per minggu [pekan] sampai per bulan, kalau besaran bunganya juga beragam mulai dari Rp300.000 sampai Rp500.000 tergantung jumlah pinjamannya berapa,” jelas Hariyadi.

Cerita sedikit berbeda diungkapkan oleh Ikhsan. Ia merupakan tangan kanan rentenir yang lebih besar modalnya dan beroperasi di beberapa pasar Soloraya. Ia biasanya menyalurkan pinjaman sebesar Rp30 hingga Rp50 juta per harinya.

“Kalau saya biasanya dipasrahi uang sekitar Rp30 sampai Rp50 juta per hari, ya beroperasinya mulai pagi hari sekitar pukul 03.00 WIB pas pedagang biasanya kulakan dari tengkulak. Kalau masalah bunganya tergantung pinjamnya berapa dan durasinya berapa lama pengembaliannya,” ucapnya.

Bagi pria asal Klaten ini, rentenir tetap akan dibutukan karena kemudahan untuk mendapatkan pinjaman di waktu yang terbatas. 

“Rentenir tetap akan ada karena pinjamnya mudah dan nyaris tanpa agunan, apalagi di pagi hari pukul 03.00 WIB begitu belum ada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau bank biasa yang sudah beroperasi jadi tentu bakalan ada terus,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya