SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras di Pasar Legi Solo, Selasa (5/9/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Gejolak harga pangan yang konsisten tinggi di Kota Solo membuat sejumlah warga harus menyiasati agar pengeluaran sehari-hari tidak membengkak. Salah satunya dengan mengurangi pengeluaran.

Warga Losari, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Kartini, 36, misalkan, dia mengaku harga pangan yang makin mahal seperti sekarang ini membuat anggaran belanja sehari tidak cukup Rp50.000. Padahal, sebelumnya dia mengaku ketika belanja cukup mengeluarkan uang sebesar Rp35.000 untuk memenuhi kebutuhan dapur.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Pengeluaran sehari-hari sekarang membengkak, sangat membengkak, makin mahal,” kata dia. Terpaksa saat ini dirinya mengurusi pembelian bahan pangan dan disesuaikan dengan anggaran. Apalagi dirinya sebagai ibu rumah tangga harus pandai mengatur pendapatan suami yang berprofesi tukang reparasi di swalayan Luwes Nusukan. 

“Biasanya belanja lebih banyak, sekarang dikurangi. Misal beli lombok Rp3.000 sekarang dikurangi. Makanya saya berharap harga-harga segera menurun, biar pengeluaran tidak semakin membengkak,” kata dia.

Hal senada juga disampaikan oleh Dodok Ardiansyah, 53. Dia mangaku harga kebutuhan pokok yang konsisten tinggi itu membuatnya kelimpungan. Bapak rumah tangga yang bekerja sebagai sopir itu harus pandai-pandai mengatur pengeluaran.

“Kita mengurangi konsumsi, dalam arti biasanya telur 1 kg bisa satu minggu ya diusahakan bisa buat lebih dari satu minggu. Beras biasanya kita beli, sekarang mending beli yang matang karena irit gas. Satu bungkus buat saya kan sudah cukup,” kata dia.

Dodok bersama istrinya harus menghidupi lima anggota keluarga termasuk dirinya ditambah tiga orang anak. Dia mengaku dalam sehari harus mengeluarkan setidaknya uang Rp50.000 untuk memenuhi kebutuhan pangan.

“Itu hanya untuk makan aja lo, jadi beban kebutuhan lain seperti listrik dan sebagainya itu belum. Apalagi kalau kita hidup di kampung kan ada kebutuhan sosial juga seperti iuran. Belum juga kalau ada kebutuhan mendadak,” kata dia.

Dari sekian banyak harga bahan pangan yang naik, beras jadi yang paling berdampak buatnya. Dia mengatakan beras sudah menjadi kebutuhan makan sehari-hari terutama buat anak-anak.

“Yang paling terasa itu beras sih. Beras itu kan biasanya yang akhir-akhir ini yang melejit harganya, itu bagaimana caranya dinormalkan seperti dulu yang harganya masih Rp10.000/kg sampai Rp11.000/kg,” kata dia. Untuk membeli beras yang layak konsumsi, Dodok kini harus mengeluarkan uang Rp13.500/kg sampai Rp14.000/kg.

Dia berharap setidaknya harga beras bisa normal kembali agar bisa pengeluaran tidak terlalu tinggi. “Apalagi pendapatan kita tidak meningkat, malah justru cenderung merosot menjelang pemilu ini. Ini ibu di rumah juga buka konveksi [menjahit] ini sepi banget, sepi banget, rasanya menurun,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya