Bisnis
Kamis, 30 September 2021 - 16:22 WIB

Belum Semua Pelaku Wisata di Yogyakarta Merasakan Dampak Pelonggaran

Herlambang Jati Kusumo  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung menggunakan aplikasi Peduli Lindungi untuk masuk ke area Hutan Pinus Sari Mangunan pada Sabtu (18/9/2021).(Catur Dwi Janati/Harian Jogja)

Solopos.com, JOGJA — Meski aktivitas pariwisata di DIY mulai bergerak beberapa waktu terakhir, namun belum semua industri maupun pelaku wisata merasakan dampaknya. Beberapa lainnya juga berat untuk bangkit kembali.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie mengatakan beberapa waktu terakhir memang sudah ada pergerakan positif pada industri wisata. Beberapa diantaranya, akomodasi, restoran, dan toko oleh-oleh. Namun, beberapa lainnya juga belum merasakan.

Advertisement

“Dari 13 UJP [Usaha Jasa Pariwisata] sudah 50% lebih merasakan dampaknya. Namun, UJP tertentu seperti biro wisata, HPI [Himpunan Pramuwisata Indonesia] dan beberapa lainnya, belum bisa merasakan. Harapan kami 13 UJP dapat bergerak kembali semuanya,” ujar Bobby, Kamis (30/9/2021) seperti dilansir Harian Jogja.

Baca Juga: Wisata Bali Berharap Imbas dari Superbike Mandalika 2021

Advertisement

Baca Juga: Wisata Bali Berharap Imbas dari Superbike Mandalika 2021

Meski belum semua merasakan dampaknya, Ia mengapresiasi pelonggaran yang dilakukan dan memberi efek positif pada industri. Ia menekankan agar industri dan semua masyarakat bisa menjaga prokes dengan ketat, sehingga tidak ada lagi gelombang Covid-19 yang besar.

“Industri selalu berupaya mematuhi prokes. Tentunya juga pemerintah perlu menekankan dalam sisi monitoring dan evaluasi. Sosialisasi CHSE [Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability], juga harus berkelanjutan, perlu dilihat Sapta Pesona yang sudah 30 tahun tidak berhenti disosialisasikan. Apalagi CHSE yang baru satu tahun, harus terus disosialisasikan,” ucap Bobby.

Advertisement

Permasalahan Permodalan

Bobby juga menyoroti sejumlah pelaku wisata, berat untuk bisa bangkit kembali, setelah menutup usaha kurang lebih dua bulan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan PPKM level 4. Untuk reaktivasi pariwisata ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan menurutnya.

Pertama, yang perlu menjadi perhatian sisi perusahaan dan infrastruktur pendukung. Perlu dilihat kembali kesiapannya. Kedua, kaitannya SDM, karena beberapa telah memilih beralih profesi. Ketiga, kesiapan pendanaan, sisi pendanaan ini menjadi krusial, karena sejumlah industri menghadapi permasalahan permodalan.

“Dua bulan terakhir, cukup memukul industri. Saat kembali buka tidak ada kekuatan. Harapannya bagaimana pemerintah membantu menghubungkan akses lembaga keuangan, untuk reaktivasi kembali. Pasalnya, BIP [Bantuan Insentif Pariwisata] yang dijanjikan belum ada kabar lagi,” ujarnya.

Advertisement

Baca Juga: Bank NTB Syariah Sediakan Tiket Balapan WSBK Mandalika, Harganya?

Kepala Dinas Pariwisata (Dinpar) DIY, Singgih Raharjo mengatakan saat ini pergerakan wisatawan mulai terlihat utamanya di objek wisata yang melakukan uji coba. Namun, untuk jumlah kunjungan memang berbeda-beda.

“Dari evaluasi itu pergerakan di delapan tempat wisata yang melakukan uji coba mulai terlihat, tetapi variasi. Seperti di kebun binatang di Gembira Loka weekday masih minim, kunjungan di bawah 100, kalau weekend di atas 100. Ini karena anak di bawah 12 tahun tidak boleh masuk. Untuk yang cukup tinggi Pinus Sari, pernah dalam sehari antara 700-1.000, tidak waktu bersamaan ya ini dengan koridor jaga jarak juga,” ucap Singgih.

Advertisement

Saat disinggung terkait kondisi industri wisata, Singgih mengatakan industri memang terdampak. Pihaknya juga tengah berupaya membantu, utamanya untuk mendukung kesiapan berbagai fasilitas pendukung CHSE. “Kami upayakan, kami menyiapkan skema dulu, peruntukan dan sebagainya. Untuk BIP memang belum, nanti kami update lagi itu dari PEN,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif