Bisnis
Kamis, 26 Januari 2023 - 19:59 WIB

Belum Bergairah, Ekspor Handycraft 2023 Dihantui Bayang-Bayang Resesi Global

R Bony Eko Wicaksono  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi produk kerajinan tangan. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Sektor perdagangan utamanya handycraft diprediksi turut terdampak isu resesi global di negara maju pada 2023. Hal ini menjadi tantangan para eksportir handycraft Soloraya untuk menggerakkan perekonomian daerah.

Resesi akan menekan pertumbuhan global, perdagangan internasional hingga harga komoditas. Ekspor beragam komoditas asal Tanah Air pun akan ikut tertekan. Bila kondisi ini berlanjut maka transaksi berjalan bisa kembali mengalami defisit.

Advertisement

Ekspor komoditas unggulan di Soloraya juga menghadapi kekhawatiran resesi global. Batik misalnya, komoditas eskpor andalan Kota Bengawan juga mencatatkan minus baik dari segi nilai eskpor maupun volume.

Merujuk data Dinas Perdagangan (Disdag) Solo, nilai ekspor dan volume batik sepanjang 2022 merosot dibanding tahun sebelumnya. Ekspor batik mengalami perlambatan baik di semester I/2022 maupun semester II/2022.

Secara year on year (YoY), nilai ekspor batik anjlok USD 1.319.535 dari USD 9.537.620 menjadi USD 8.218.085. “Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan para eksportir kerajinan tangan, handycraft, dan batik di Soloraya. Sekarang sudah ada pelonggaran-pelonggaran namun kondisi finansial pelaku usaha kerajinan tangan belum pulih sepenuhnya,” kata Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia (Asephi) Soloraya, Amin Suhudi Sutiman, saat diwawancarai Solopos.com, Kamis (26/12023).

Advertisement

Amin, sapaan akrabnya, memprediksi pasar ekspor kerajinan tangan dan handycraft belum bergairah pada tahun ini. Bayang-bayang resesi global dan kondisi ekonomi sektor perdagangan terutama handycraft belum pulih sepenuhnya.

“Ekspor mebel kayu saja menurun. Kerajinan tangan dan handycraft di bawahnya ikut menurun juga. Apalagi kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan Uni Eropa juga belum stabil,” kata dia.

Senada disampaikan Ketua Komisariat Daerah (Komda) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Soloraya, Yanti Rukmana. Perang Amerika Serikat-Ukraina yang hingga sekarang belum berakhir mengakibatkan inflasi tinggi di negara tujuan ekspor. Imbasnya, daya beli pasar ekspor turun secara perlahan-lahan.

Advertisement

Padahal, tujuan ekspor mebel dan kerajinan terbesar di Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE). Kemudian, disusul beberapa negara di Asia. “Solusinya, melakukan diversifikasi dengan fokus memperbesar pasar dalam negeri. Memang tidak sebesar pasar ekspor, tapi pasar domestik cukup menjanjikan agar bisa survive,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif