SOLOPOS.COM - Suasana jual beli di Pasar Klewer Solo, pada Sabtu (18/3/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Pedagang di Pasar Klewer Solo belum mengalami peningkatan pesanan jelang Ramadan 2023. Mereka mengeluhkan kunjungan ke pusat perdagangan tekstil di Kota engawan tersebut.

Pantauan Solopos.com, pada Sabtu (18/3/2023) suasana di Pasar Klewer masih cenderung sepi dan tidak berbeda pada Februari lalu, serta cukup banyak kios yang ditutup.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Salah satunya diungkapkan oleh pemilik Griya Izzaty, Dewi Aminah. Sejak pertengahan Februari 2023 belum ada permintaan yang signifikan hingga sekarang. Sehingga Dewi vekum memutuskan untuk menambah stok.

“Belum ada [peningkatan] sama sekali, masih sepi banget,” terang Dewi, pada Sabtu (18/3/2023).

Dewi mengaku telah berjualan di Pasar Klewer sejak 1992, dan sempat mengalami kerugian yang cukup besar saat insiden kebakaran di Pasar Klewer pada 2014. Beberapa waktu lalu ia sempat melayani permintaan mukena melalui online, namun di kiosnya yang berada di Pasar Klewer cenderung masih sepi.

Sebelumnya, Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Solo, Yuni Wulandari, mengatakan setidaknya ada 2.500 pedagang yang mengais rezeki di Pasar Klewer, yang 75% pedagangnya adalah pedagang perempuan.

Pedagang di Pasar Klewer ini mayoritas telah berganti pemilik menjadi generasi ke-II ataupun generasi ke-III, seperti yang dilakukan oleh Yuni. Tradisi ini hampir dilakukan oleh semua pedagang di Pasar Klewer, kecuali ada yang terpaksa tutup karena tidak ada yang melanjutkan.

Jelang puasa dan lebaran tahun ini juga diprediksi Yuni membuat omzet jualannya naik dua hingga tiga kali lipat setiap hari. Namun hingga saat ini, Yuni mengaku belum ada peningkatan permintaan yang signifkan, sehingga ia belum memasok stok dari pabrik.

“Kalau pas lebaran biasanya barang yang paling dicari ya perlengkapan salat, seperti mukena, sajadah, sarung, dan perlengkapan lebaran lainnya. Biasanya pembeli mencari untuk tunjangan hari raya [THR],” ujar Yuni.

Tantangan paling besar yang ia alami adalah bergesernya pola perilaku konsumen yang mulai beralih ke online-shopping. Yuni mengaku belum memahami mekanisme berjualan secara online, kalaupun iya, Yuni hanya memanfaatkan Whatsapp dan Instagram sebagai promosi, namun belum merambah ke marketplace.

Kebakaran di Pasar Klewer pun sempat membuatnya harus berjualan di areal parkir, dan hampir seluruh produk miliknya dan milik pedagang lain membuat hangus terbakar. Setelah kebakaran di Pasar Klewer, dengan bangunan baru para pedagang menempati kios yang lebih kecil, dengan ukuran 1,8 x 1,8 meter, sebelumnya ia memiliki kios 2 x 2 meter. Namun, dengan kios kecil tersebut menurutnya tidak terlalu bermasalah.

“Kalau sekarang dalam sehari paling tidak dapat Rp500.000 hingga Rp1 juta. Saya jualan dari pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB biasanya,” ujar Yuni.

Yuni berharap Pasar Klewer tetap menjadi jujukan para pencari barang tekstil di Kota Bengawan. Ia sendiri telah mengirimkan produknya hingga ke Jakarta, dan lain-lain. Karena menurut Yuni, di Pasar Klewer selalu banyak pilihan dengan harga yang relatif murah, karena menjual dengan harga grosir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya