SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi PMK. (Ilustrasi/Freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Dibutuhkan upaya bersama dari semua stakeholder terkait guna menguatkan pasokan pangan terutama untuk daging sapi dalam negeri.

Pendampingan kepada petani atau peternak juga menjadi hal penting untuk menyiapkan petani saat ada serangan penyakit pada ternak.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Serangan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada 2022 disebut sebagai kejadian yang sangat berdampak pada stok pangan khususnya daging sapi di Indonesia.

Meski tidak merinci angka secar pasti, Founder & CEO PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP), Tumiyana, menyampaikan pada tiga tahun yang akan datang, akan terjadi short supply yang luar biasa besar kalau tidak ada tambahan pada populasi nasional akibat PMK yang terjadi di 2022.

Sebab nasional support menurutnya, itu didorong bukan hanya dari peternakan rakyat, namun juga dari sisi korporasi.

Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods dan komoditas pertanian, Tumiyana mengatakan Widodo Makmur Perkasa (WMPP) juga telah bekerja sama dengan peternakan rakyat.

Disebutkan, beberapa saat lalu sebelum munculnya PMK, dirinya memiliki daerah binaan, yang tersebar di sejumlah daerah seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Total hampir 3.000 lokasi.

“Tapi pada kejadian 2022 itu drop. Alasannya peternakan rakyat, saat kena [wabah] peyakit, tidak punya barrier. Kondisinya berbeda dengan korporasi,” kata dia dalam Webinar Outlook Sektoral 2023: Momentum Wujudkan Kemandirian Pangan, yang digelar Solopos Media Group (SMG) didukung Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, dan Phapros, Selasa (7/2/2023).

Dimana korporasi bisa menanggulangi meski sesaat dengan membangun biosecurity. Itu pun menurutnya, masih berdampak luar biasa akibat peristiwa di 2022 lalu. Menurutnya kondisi tersebut akan mengakibatkan rantai pasok di 2023 mengalami penurunan yang besar.

Dengan kondisi peternakan rakyat yang rentan ketika ada serangan penyakit, menurutnya perlu adanya pendampingan.

Dia mencontohkan ketika dulu di masyarakat ada yang dikenal dengan sebutan mantri kesehatan keliling yang bertugas mengedukasi ke masyarakat, termasuk bagaimana penanggulangan saat ada wabah penyakit.

“Itu mestinya yang dihidupkan oleh semua stakeholder. Teknologi otomatis, karena perkembangan zaman. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mendampingi mereka saat ada kejadian,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya