SOLOPOS.COM - Peserta mengikuti acara edukasi yang digelar oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Tengah (Jateng) II. (Istimewa/Muhammad Wira Adibrata).

Solopos.com, SOLO Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kenaikan jumlah investor saham di wilayah Soloraya. Setidaknya dalam jumlah investor di Soloraya bertambah 2.555 investor dalam sebulan.

Hal ini diungkapkan Kepala Kantor BEI Jawa Tengah (Jateng) II, Muhammad Wira Adibrata, kepada Solopos.com, Senin (16/10/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Ia menguraikan pada Maret 2023 lalu total investor di Soloraya kecuali Kabupaten Klaten tercatat 216.660. Angka ini meningkat pada September 2023 dengan jumlah sebanyak 231.994 investor.

Wilayah Kabupaten Klaten tidak termasuk dalam cakupan BEI Jateng II. Namun, Kabupaten Bersinar ini masuk ke dalam BEI Yogyakarta.

“Dari Maret hingga September itu ada peningkatan sekitar 15.000 investor, ada enam bulan itu jika dirata-rata ada peningkatan jumlah investor, 2.555 investor dalam sebulan,” ujarnya.

Dari total investor tersebut, investor terbanyak berada di wilayah Kota Solo. Pada Maret di Kota Solo tercatat ada 51.609 investor dan naik menjadi 54.496 investor pada September.

Kemudian disusul oleh Kabupaten Sukoharjo yang tercatat ada 42.089 investor pada Maret dan naik menjadi 45.048 investor per September.

Kabupaten Wonogiri menjadi wilayah nomor tiga dengan total investor paling banyak di Soloraya.  Pada Maret tercatat 33.382 investor dan pada September ada 35.685 investor di Wonogiri.

Sementara itu, Kabupaten Sragen menjadi wilayah dengan investor paling sedikit. Pada Maret tercatat ada 28.091 investor dan pada September tercatat ada 30.288 investor di Bumi Sukowati.

Lebih lanjut, Wira menguraikan investor saham di Jawa Tengah didominasi oleh kalangan usia 18 tahun hingga 25 tahun. Saat ini total investor saham di Jawa Tengah berjumlah 587.430 investor.

Sebanyak 38,89% investor saham mayoritas merupakan kelompok Generasi Zenial (Gen Z) ini dengan total 228.447 investor saham.

Kemudian disusul oleh kelompok usia 26 tahun hingga 30 tahun sebanyak 25,43% dengan total149.388 investor saham.

Wira mengungkapkan oleh kelompok usia 31 tahun hingga 40 tahun tercatat ada 131.555 investor saham atau sebanyak 22,40%. Selanjutnya pada kelompok usia 41 tahun hingga 100 tahun ada sebanyak 13,28% atau berjumlah 78.040 investor saham.

Wira mengungkapkan di wilayah Soloraya hampir sama dengan data di Jateng yang didominasi oleh anak muda.

Ia juga menyebut adanya gap jumlah investor di Kota Solo dengan daerah lainnya menjadi evaluasi. Oleh sebab itu, pihaknya getol menyasar di daerah-daerah untuk melakukan edukasi untuk meningkatkan akses informasi dan literasi keuangan pasar modal.

Wira mengaku pihaknya juga bekerja sama dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah dan melalui Galeri Investasi agar edukasi tersebut tersampaikan secara masif. Selain itu, pihaknya juga menggunakan media sosial sebagai sarana informasi.

Wira menilai dengan adanya edukasi yang dilakukan mampu mendapatkan respons yang bagus di masyarakat. Misalnya ketika menyasar 1.000 aparatur sipil negara (ASN) di Solo beberapa waktu lalu, tercatat 1.300 orang yang ikut turut serta.

“Antusiasme masyarakat untuk mengenal pasar modal itu cukup tinggi, hanya mungkin karena literasi atau pemahamannya belum baik. Jadi misalnya ada keraguan, banyaknya investasi bodong, dan lainnya,” tambah dia.

Oleh sebab itu, pihaknya terus berupaya untuk meningktkan edukasi mengenai literasi akan investasi agar sampai ke seluruh lapisan masyarakat.

Wira menjelaskan dengan menggunakan media sosial sebagai sarana edukasi juga menjadi faktor anak muda makin melek invetasi. Anak muda cenderung familiar dengan sosial media untuk mengakses informasi.

“Peningkatan jumlah investor muda itu tidak terlepas dari hiruk pikuknya digitalisasi saat ini. Karena anak muda sangat mudah mengakses informasi dari media sosial. Mereka belajar dan berani mengambil keputusan untuk investasi,” ujarnya.

Sementara itu dilansir dari dataindonesia.id, pertumbuhan nilai aset investor muda di pasar modal Indonesia ini juga dapat mencerminkan ketertarikan anak muda Indonesia, khususnya Gen Zdan Milenial akhir, terhadap investasi dan keuangan.

Sebagaimana diketahui, Gen Z merupakan generasi yang lahir pada rentang waktu 1997-2012. Adapun Milenial merupakan generasi yang lahir pada 1981-1996.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, total aset yang dimiliki oleh investor muda atau investor yang berusia 30 tahun ke bawah di pasar modal hingga September 2023 mencapai Rp50,72 triliun.



Nilai tersebut terdiri atas total kepemilikan aset investor muda di C-BEST yang sebanyak Rp34,71 triliun dan kepemilikan di S-INVEST yang sebanyak Rp16,01 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya