Solopos.com, BOYOLALI — Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional PT Angkasa Pura I Bandar Udara Adi Soemarmo bekerja sama dengan perancang busana asal Solo Rory Wardana, menggelar Fashion Show Batik.
Dalam acara tersebut mereka menampilkan busana batik bernuansa cinta dan di Terminal Keberangkatan Domestik Bandar Udara Adi Soemarmo, Senin (2/10/2023).
Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan
Bermacam corak batik tulis dengan warna lawasan penuh filosofi diperagakan oleh sejumlah model dengan anggun ditengah-tengah para penumpang Bandara.
Motif yang dikenalkan dalam perayaan Hari Batik Nasional tersebut di antaranya Ceplok Trenggono, Parang Dibyah, Bokor Kencono, dan lainnya.
General Manager Bandar Udara Adi Soemarmo Erick Rofiq Nurdin menjelaskan kepada para wartawan, kegiatan ini merupakan salah satu cara memperkenalkan batik kepada masyarakat terutama penumpang pesawat.
“Melalui kegiatan ini, kami bisa mengenalkan batik kepada masyarakat terutama yang berada di bandara yang tentu mereka akan berpergian menuju Medan, Jakarta hingga Makkah. Jadi kami ingatkan mereka pada budaya dengan menggunakan batik di hari ini. Terima kasih juga kepada Rory Wardana yang bisa berkolaborasi menyemarakkan acara di hari ini,” ucapnya.
Rory Wardana menambahkan acara peragaan busana ini tidak hanya untuk mengenalkan batik kepada masyarakat, namun membawa aura klasik batik dengan cara yang modern. Tujuannya, agar anak muda tertarik dan bangga menggunakan batik.
“Di sini [fashion show di Bandara Adi Soemarmo] memperagakan batik lawasan yang memesona, ada Parang Barong, Lintang Trenggono, semua itu sudah mulai dilupakan, ada yang namanya motif Srikaton. Sekarang di fashion show ini kami munculkan warna klasik namun tetap modern, saya beri warna putih dan krem untuk anak muda, agar mereka bisa menambah khazanah budaya melalui batik,” ujarnya.
Mengenai fashion show Hari Batik Nasional di Bandara Adi Soemarmo tersebut, Rory mengatakan menjadi hal yang baru dan berbeda. Ia juga berharap Bandara Adi Soemarmo, tidak hanya sebagai lokasi untuk penerbangan tapi juga aktivitas lain seperti pentas seni budaya atau musik.
“Tentu saya ingin ada perbedaan, biasanya di catwalk dengan lighting. Jadi saya ingin sesuatu yang berbeda, dengan berada di tengah masyarakat yang ada di bandara. Alasannya di bandara karena agar seni bisa tampil di sini ke depannya, selain fashion show, mungkin ada pameran seni, acara musik, jadi bisa punya daya tarik bagi kota yang memiliki bandara,” lanjutnya.
Disinggung mengenai filosofi batik yang diperagakan, Rory menjelaskan secara rinci maknanya. Ia menyebut, setiap motif batik yang dibawa punya kekuatan dan citra masing-masing.
“Ada Parang Barong, Parang Seling, Ceplok Lintang Trenggono, ada Kawung, Tirtotejo dan Srikaton. Filosofinya itu beragam misalkan Lintang Trenggono itu yang memakainya tampak bersinar jadi bikin kagum, kalau untuk Parang Barong itu punya daya pikat, kekuatan dalam sebuah kepemimpinan. Srikaton itu memberikan aura bagus, kawung itu mangayubagyo, ikut serta membangun negara,” ulasnya.
Bagi penumpang yang ada di Bandara Adi Soemarmo, kegiatan fashion show dalam rangka Hari Batik Nasional ini ternyata menjadi hiburan di tengah kejenuhan menunggu pesawat. Salah satu penumpang yang mengapresiasi acara tersebut yakni Kristina Yuniati, 41.
“Saya pribadi jadi enggak jenuh karena ada hiburan seperti ini. Batik yang ditampilkan juga bagus, ada unsur modern namun juga tetap ada sakralnya untuk dilihat, sepertinya memang sekaligus memperingati Hari Batik Nasional. Tapi, jadi berbeda karena peragaannya di bandara,” kata dia.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
