Bisnis
Minggu, 26 Februari 2023 - 14:34 WIB

Begal Rekening via Chat Marak! Ini Tips Agar Tak Jadi Korban Kejahatan Soceng

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Infografis Soceng (Solopos/Khoirul Tri Candra)

Solopos.com, SOLO — Peneliti Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Muhammad Andri Perdana, mengatakan kejahatan social engineering kepada nasabah perbankan kian marak.

Advertisement

Hal itu sebagai dampak perkembangan teknologi yang kian pesat. Bentuk kejahatannya paling sering menggunakan chat atau link palsu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, berikut ini upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tak jadi korban kejahatan Soceng:

Advertisement

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, berikut ini upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tak jadi korban kejahatan Soceng:

  1. Jangan asal klik link baru. Link baru bakal mengarahkan nasabah membuka situs tiruan yang kemudian akan merekam ID dan password.
  2. Lindungi informasi sensitif seperti password dan kode OTP
  3. Masyarakat dilarang menyebarkan data pribadi seperti foto KTP, nomor telepon di media sosial baik Instagram, WhatsApp, TikTok, Facebook, dan lainnya
  4.  Nasabah bank diminta mengaktifkan two factor authentication untuk mencegah pelaku soceng meretas akun pribadi, hal ini bertujuan memberikan lapisan keamanan guna melindungi data pribadi.
  5. Waspada penipuan berkedok pegawai bank, karena biasanya penipu dalam melancarkan aksinya bisa menghubungi korban melalui telepon seluler, SMS dan media lainnya dengan mengatasnamakan pegawai bank.
  6. Jangan ragu tanyakan ke bank jika ada chat mencurigakan.
  7. Melakukan pengecekan keaslian telepon, akun media sosial, email dan situs ketika menerima informasi dari hal tersebut. Pengecekan nomor telepon bisa memanfaatkan aplikasi Getcontact.
  8. Terakhir, nasabah perbankan diminta mengaktifkan notifikasi transaksi rekening untuk memantau keluar masuk dana baik melalui SMS maupun email.

 

90% Serangan Siber

Sebelumnya Andri menambahkan, data dari Verizon Data Breach Investigations menyebutkan lebih dari 90% serangan siber melibatkan social engineering.

Advertisement

Andri menambahkan pada dasarnya tidak ada bank yang benar-benar aman dari target social engineering karena kejahatan ini menarget nasabah, bukan sistem keamanan bank.

Salah satu contohnya disebut Andri serangan massal di HSBC dan Capital One.

“Keamanan terhadap social engineering ini tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada nasabah. Bank juga harus proaktif untuk memperingati dan mengedukasi nasabah untuk terhindar dari praktik-praktik social engineering,” ujar dia.

Advertisement

Andri mengingatkan bank bisa melakukan monitoring akun nasabah dari aktivitas yang mencurigakan, dan wajib memberlakukan sistem keamanan otentikasi berganda.

Seperti 2FA yang mencegah seseorang untuk mengakses rekening nasabah lain tanpa konfirmasi tambahan untuk melindungi nasabah dari social engineering.

Sementara itu, kasus kejahatan Soceng atau social engineering marak terjadi karena literasi digital masyarakat masih rendah, menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS sekaligus Peneliti di Center for Fintech and Banking UNS, Taufiq Arifin.

Advertisement

Literasi digital masyarakat secara umum masih di tingkat dasar dan menengah sehingga belum memahami pentingnya keamanan sebagai pengguna teknologi digital.

Taufiq menambahkan, teknik yang biasa dipakai kejahatan Soceng yaitu memanfaatkan psikologi korban dan menargetkan pengguna yang tidak tahu pentingnya melindungi data pribadi.

Strategi penyerangan adalah langkah awal dengan melakukan identifikasi tujuan penyerangan dan identifikasi target, tambah Taufiq. Selanjutnya pelaku mengumpulkan informasi dengan identifikasi potensi sumber, mengumpulkan informasi dari sumber, dan menilai informasi yang terkumpul.

“Jika sekiranya masih kurang maka pelaku akan kembali mengidentifikasi hingga sesuai dengan apa yang sudah diformulasikan di awal,” ujar Taufiq saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (25/2/2023).

Langkah ketiga adalah pelaku menyiapkan bahan baku serangan dari hasil analisis informasi, dan kemudian mengembangkan faktor serangan. Taufiq menyebut pelaku akan terus mengumpulkan informasi sampai pengembangan faktor sudah siap.

Kemudian pelaku mulai mengembangkan hubungan dengan kroban dengan berkomunikasi dan membangun kepercayaan, dan selanjutnya hubungan tersebut dimanfaatkan dengan mempersiapkan target yang akan secara paksa diambil informasinya.

Proses tanya jawab dibangun untuk memelihara hubungan sampai persiapan untuk eksekusi, dan jika sekiranya masih kurang pelaku akan melakukan persiapan lebih matang, kata Taufiq.

Akhirnya apabila eksekusi sudah dianggap cukup, pelaku kejahatan Soceng akan mencapai tujuan yang sudah diformulasikan di awal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif