SOLOPOS.COM - rumah sakit uns, hotel grand mercure, kesehatan, fakultas kedokteran uns

Solopos.com, SUKOHARJO — Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali menggelar Solo Course on Heart Failure (SOC-HF) and Solo Cardiovascular Forum (SCF) secara tatap muka, Sabtu (28/10/2023).

Acara tersebut digelar untuk memberikan informasi terkini tentang kemajuan dan tantangan ilmu-ilmu terkait jantung kepada para dokter umum dan spesialis.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Ketua panitia SOC-HF and SCF 2023, Founder dan PIC Klinik Gagal Jantung RS UNS, dr. Irnizarifka, SpJP(K), mengatakan hal yang melatarbelakangi terselenggaranya acara ini adalah masih banyaknya kasus di bidang cardiovascular yang akhirnya menimbulkan kematian yang semakin banyak.

“Maka kami selenggarakan acara ini. Ada sesi spesial yang menggabungkan akademisi, perhimpunan profesi jantung, perhimpunan profesi dari penyakit dalam juga dari Ikatan Dokter Indonesia dan juga dari JKN,” kata dia.

Acara yang digelar secara hybrid. Untuk peserta offline tercatat ada sekitar 450 peserta dari seluruh Indonesia, terutama Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Kepala Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNS, DR. dr. Trisulo Wasyanto SpJP(K), menjelaskan perkembangan ilmu jantung saat ini sudah sangat pesat.

“Dimana kami sebagai salah satu pusat pendidikan jantung, dari 13 pusat yang ada di Indonesia, di Fakultas Kedokteran UNS Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler. Jadi ini strategi kami bagaimana memberikan kemajuan ilmu-ilmu bagian jantung kepada para dokter umum dan spesialis lainnya agar tidak terjadi gagap,” kata dia.

Dijelaskan bahwa sebenarnya acara tersebut sudah menjadi agenda rutin tahunan yang dilakukan sejak 2017. Hanya, karena pandemi Covid-19 lalu, maka selama tiga tahun dilakukan secara online.

“Ini adalah kegiatan tatap muka pertama, maka antusiasmenya sangat tinggi,” lanjut dia.

Sementara itu Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan kemajuan teknologi untuk menangani masalah jantung saat ini sudah begitu maju. Hanya, saat ini jumlah kasusnya juga masih banyak.

Menurutnya dalam penanganan masalah jantung saat ini meski sudah ada teknologi dan kemajuan pengetahuan, juga tetap dibutuhkan health promotion, specific protection, dan lainnya. Kemudian primary prevention atau pencegahan dasar, dapat dilakukan lebih baik, misalnya dapat dimulai dari penyuluhan, mengajarkan hidup sehat, dan sebagainya.

Terlebih, di luar kemajuan teknologi yang dapat memudahkan semua hal, ternyata juga berpengaruh pada pola atau kebiasaan hidup masyarakat. Sebab sekarang, untuk mendapatkan makanan saja, orang tinggal duduk di rumah, bisa memesan makanan apapun dan diantarkan sampai rumah.

Dengan begitu juga menciptakan sedentary lifestyle atau gaya hidup yang cenderung malas melakukan aktivitas fisik atau menggerakkan tubuhnya. Belum lagi rokok belum bisa dilarang. Hal ini menurutnya akan masih berdampak pada tingginya angka kesakitan dan kematian.

“Jadi di simposium ini juga kami paparkan tentang kemajuannya apa saja yang ada, tapi juga posisi kita yang masih seperti ini. Jadi kita mulai dari prevention. Namun apakah prevention itu mampu menjawab tantangan masa kini? Mungkin tantangan, the next 30 years baru bisa diturunkan. Namun ketika masih seperti ini, tidak ada prevention, semua dokter masih ada di kamar praktik, ini tidak akan berubah,” jelas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya