SOLOPOS.COM - Pengunjung Festival Jajan Solo 2023 yang tidak mendapat tempat duduk memilih lesehan di pelataran, Minggu (22/10/2023) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati).

Solopos.com, SOLO — Sepinya Pasar Klewer dan Pusat Grosir Solo (PGS) tidak berbanding dengan ramainya tempat-tempat kuliner di Kota Solo.

Pasar Klewer dan PGS yang terkenal dengan produk fesyen seperti kain dan baju masih belum pulih setelah dihantam pandemi. Sebaliknya, sektor makanan dan minuman jadi sudah mulai bergeliat kembali.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Hal itu terlihat pada ramainya pengunjung di tempat kuliner seperti selter Manahan, selter Kota Barat, dan food court mall di Solo. Ditambah akhir pekan lalu pengunjung Festival Jajan Solo 2023 menurut rilis dari panitia mencapai 141.209 orang.

Meski kuliner dan fesyen sama-sama masuk klasifikasi ekonomi kreatif, namun nyatanya keduanya mengalami nasib yang berbeda.

Akademisi dan pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, Nurul Istiqomah melihat permintaan fashion di pasar PGS dan Klewer, memang mengalami penurunan yang sangat signifikan karena e-commerce.

Perilaku konsumen membeli produk fesyen berubah ketika pandemi. Orang lebih memilih belanja online karena dinilai lebih aman dan tidak perlu keluar rumah. Perilaku itu terbawa hingga sekarang.

“Mungkin juga [produk fesyen] di toko online modelnya lebih up to date dan harga yang lebih murah,” kata dia.

PGS dan Pasar Klewer lebih banyak menawarkan produk seperti pakaian daster, batik, seragam, pakaian formal, dan lainnya. Menurunnya pangsa pasar tersebut sudah bergeser ke online.

Terlebih, Nurul menjelaskan ketika pandemi berlangsung memang salah satu sektor yang mengalami kenaikan adalah e-commerce dan industri makanan & minuman jadi.

“Sektor kuliner geraknya sangat bagus. Menikmati kuliner itu di sisi lain adalah menikmati waktu bersama keluarga atau orang terdekat untuk refreshing,” kata dia.

Pola konsumsi juga merupakan salah satu faktor kenapa produk fesyen kurang laku jika dibandingkan makanan & minuman jadi.

“Apalagi untuk kuliner merupakan konsumsi sekali habis ya, beda dengan fesyen, yang mempunyai masa pakai lebih lama dari pada kuliner. Ini pula yang menyebabkan permintaan terhadap fesyen cenderung lebih kecil,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya