SOLOPOS.COM - Kain batik ecoprint dengan motif dedaunan membalut beberapa manekin di sebuah stan dalam UMKM Expo di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Sejumlah kain batik dengan motif dedaunan membalut beberapa manekin di sebuah stan dalam UMKM Expo di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023). Kain batik itu berbeda dengan jenis kain batik pada umumnya.

Bila batik pada umumnya dibuat dengan teknik tulis dengan canting, teknik cap dan printing, batik buatan Teniyarti Cahyaning Mawarti, 58, itu dibuat dengan teknik ecoprint. Pembuatan batik dengan teknik ecoprint cukup ramah lingkungan. Dengan teknik ini, Teni dapat memindahkan relief pada permukaan daun ke permukaan kain. Itu sebabnya, motif daun pada permukaan kain menyerupai daun aslinya.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Bukan tanpa alasan Teni yang juga pemilik dari Ten’s Collection itu memilih teknik Ecoprint untuk membuat kain batik. Selama ini, industri batik kerap dituduh sebagai sumber pencemaran sungai di sekitarnya. Ini karena masih ada saja oknum perajin batik yang membuang limbah sisa pewarnaan kain ke sungai. Akibatnya, pencemaran sungai meningkat sehingga mengancam habitat ikan.

Teni sengaja menggunakan bahan aneka daun yang mengandung zat tanin untuk menghasilkan warna di permukaan kain. Beberapa daun yang ia pakai untuk mewarnai kain antara lain dari tanaman afrika, lanang, keningkir, jambu, kelengkeng merah, rambutan, ketapang, jarak kepyar, wora-wari atau kembang sepatu, kersen atau talok, apel putsa, tabebuya, jarak wulung, dan lain-lain. “Tidak semua daun ada zat tanin, kalau daun tidak mengeluarkan zat tanin biasannya warnanya gelap,” kata Teni, warga Margoasri, Puro, Karangmalang, Sragen, saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi.

Proses pembuatan kain batik dengan teknik ecoprint membutuhkan waktu selama 10 hari. Untuk menghasilkan warna yang cerah, kain terlebih dahulu harus dicuci untuk menghilangkan minyak. Setelah dijemur hingga kering, tahap berikutnya adalah mordanting untuk membuka pori-pori pada serat kain yang akan diberi warna alami.

Setelah dijemur hingga kering, tahap berikutnya ialah membuat cetakan motif daun. Caranya, daun yang dipilih ditata di atas kain sesuai keinginan. Selanjutnya, kain itu ditutup dengan kain jenis blanket. Tahap berikutnya adalah menggulung kain lalu diikat kemudian dikukus selama dua jam.

“Setelah itu, kain dijemur tanpa terkena sinar matahari selama tujuh hari. Baru dicuci pakai lerak, tidak boleh pakai sabun. Saat ngucek kain tidak boleh terlalu keras. Berikutnya dijemur di tempat teduh. Begitu kering bisa langsung disetrika dan selesai prosesnya,” paparnya.

Dalam sebulan, Teni bisa menghasilkan rata-rata 32 lembar kain batik ecoprint dengan ukuran panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter. Ia menjual kain batik ecoprint itu dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp290.000 hingga Rp400.000.

Ia memanfaatkan layanan digital, terutama media sosial untuk memasarkan kain batik ecoprint itu. Kebanyakan ia menjual produknya melalui Facebook dan WhatsApp.

Dia sering menjadikan produk kain batik ecoprint bikinannya sebagai status di Facebook maupun WhatsApp. Dari sana, produk kain batik ecoprint itu bisa ditemukan pembeli. “Pembeli secara online dari mana-mana, ada dari Semarang, Lombok dan lain-lain. Karena keterbatasan tenaga, saya belum berani jual di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia. Sebab, usaha ini juga baru saya geluti pada akhir 2022 lalu,” kata dia.

Selain memanfaatkan media sosial, Teni tergolong rajin mengikuti pameran produk UMKM. Ia tak hanya mengikuti pameran di Sragen, tetapi juga di daerah lain termasuk di Kota Solo. Pameran UMKM itu biasa digelar sejumlah pihak seperti Dinas Koperasi dan UMKM Sragen atau kantor perbankan seperti BRI.

Sebagai salah satu bentuk dukungan kepada pelaku UMKM, BRI menggelar Bazar UMKM BRILian di area Kantor BRI Cik Di Tiro, Gondokusuman, Kota Jogja pada Jumat (16/6/2023) lalu. Bazar UMKM BRILian tersebut merupakan bentuk komitmen dukungan BRI kepada para pelaku UMKM. Terlebih, sebanyak 70 persen nasabah BRI merupakan para pelaku UMKM.

Regional CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta, John Sarjono, mengatakan Bazar UMKM bertujuan mempromosikan produk UMKM kepada masyarakat. Rencananya, BRI Yogyakarta juga akan menggelar pameran produk UMKM lagi untuk memeriahkan Pesta Rakyat Simpedes pada 1 Agustus mendatang.

“Nanti kami akan melibatkan UMKM binaan. Ada stan gratis yang bisa dipakai agar masyarakat bisa mengenal produk UMKM binaan BRI,” kata John saat ditemui wartawan di lokasi.

John menjelaskan terdapat lebih dari 3.000 klaster UMKM binaan BRI Yogyakarta. Sebagai bentuk apresiasi kepada mereka, BRI berencana mengundang mereka untuk mengikuti pameran UMKM. “Pelaku UMKM yang tampil di setiap pameran akan kami ganti terus. Bahkan, pameran tidak hanya di sini. Untuk UMKM klaster premium, bisa kami undang ke Jakarta [untuk mengikuti pameran],” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya