SOLOPOS.COM - Ilustrasi telur ayam. (freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Harga telur ayam yang mulai terkontraksi disebut tidak berkaitan dengan bantuan pangan penanganan stunting atau kekerdilan akibat masalah gizi kronis.

“Ada isu yang menyebutkan harga telur itu naik, katanya karena adanya program bantuan pangan telur. Saya jelaskan bantuan pangan dari Bapanas bersama ID Food berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting, belum kita mulai. Padahal harga telur naik hari ini karena sebulan lalu harga jagung pakan itu Rp9.000 per kg,” kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi  di Jakarta, Kamis (7/3/2024) seperti dilansir Antaranews.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Arief mengatakan unsur krusial pembentuk harga telur ayam ras terletak pada harga jagung pakan. Dengan kondisi itu, pemerintah menggelontorkan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) jagung pakan ke para peternak dengan harga Rp5.000 per kg untuk menangani harga jagung pakan yang berada di kisaran Rp9.000 per kg.

“Mengenai harga telur dan ayam hari ini, 50 persen lebih itu karena pakannya dari jagung pipilan kering. Waktu itu harga jagung mendekati Rp 9.000 per kg,” ucap Arif.

Ia mengatakan sejak mulai ada kontraksi harga telur ayam di pasar sudah menjadi atensi pemerintah, yang dalam hal ini Badan Pangan Nasional.

Dia menyebut pantauan di panel harga pangan per 5 Maret mencatat harga rata-rata nasional telur ayam ras di tingkat konsumen menyentuh Rp31.589 per kg. Sementara harga jagung pakan ternak di tingkat petani rata-rata nasional di Rp5.480 per kg.

“Karena itu pemerintah melakukan importasi melalui Perum Bulog sejumlah 250 ribu ton dan disalurkan ke peternak-peternak mandiri kecil sesuai verifikasi data yang diperoleh dari Dirjen PKH Kementan [Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian],” ucap Arief.

Sampai 6 Maret, lanjut Arief, Perum Bulog dalam menyalurkan cadangan jagung pemerintah (CJP) sebagai bagian dari program SPHP telah menyentuh angka 201 ribu ton atau 51 persen dari total alokasi 343.000 ton.

Sebaran peternak ada di 18 provinsi yaitu DKI Jakarta dan Banten, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.

Arief menjelaskan sebagai kontinuitas implementasi program sejak tahun lalu, bantuan pangan penanganan stunting akan disalurkan kembali kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) dalam 2 tahap atau total 6 bulan untuk digulirkan kembali tahun ini menggunakan basis data KRS dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Paket bantuan berupa daging ayam 1 kg dan telur 10 butir akan diberikan dalam dua tahapan atau selama 6 bulan sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

“Justru dengan ini dapat memberi tekanan ke pasar. Ini karena pemerintah itu selalu hadir dan ini bisa dikonfirmasi kepada seluruh peternak. Sekarang panen jagung mulai naik, sehingga harga jagung mulai bergerak turun,” kata Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya