Bisnis
Selasa, 1 Maret 2022 - 14:48 WIB

Banyak Penduduk Memilih Tinggal di Rumah, Apa Dampaknya bagi Ekonomi?

Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi WFH (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyampaikan bahwa banyak penduduk yang tinggal di rumah selama Februari 2022.

“Ada 9,23 persen penduduk yang ada di rumah. Sementara kalau dibandingkan Januari 2022 angkanya 5,26 persen,” kata Setianto pada konferensi pers secara daring di Jakarta, Selasa (1/3/2022) seperti dilansir Antaranews.

Advertisement

Menurut Setianto, jika banyak penduduk yang tinggal di dalam rumah, artinya terjadi penurunan aktivitas di tempat perdagangan ritel, rekreasi, tempat belanja kebutuhan sehari-hari, taman, tempat transit, hingga tempat kerja.

Baca Juga: Kontinuitas Pemilu Syarat Kestabilan Politik dan Pertumbuhan Ekonomi

Untuk tempat perdagangan ritel dan rekreasi yang semula pada Januari 2022 sebesar 7,45 persen, pada Februari 2022 turun menjadi 3,68 persen.

Advertisement

Demikian juga untuk tempat belanja kebutuhan sehari-hari, pada Februari 2022 angkanya 25,23 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 27,55 persen.

Kemudian penurunan mobilitas juga terjadi di taman, dari 10,94 persen pada Januari 2022, menjadi 4,86 persen di Februari 2022.

Baca Juga: Jadi Ajang Transformasi Ekonomi, Ini Isu-Isu Penting yang Dibahas G20

Advertisement

Lalu, di tempat transit dan tempat kerja, walaupun masih di bawah kondisi normal pada Januari 2022, terjadi penurunan aktivitas kembali menjadi minus 24,5 persen dari kondisi normal. Sementara di Januari 2022, angkanya minus 12,65 persen.

Untuk di tempat kerja juga mengalami hal yang sama, yakni masih di bawah kondisi normal pada awal tahun 2020. Pada Februari, aktivitasnya turun minus 5,82 persen dari kondisi normal. Sementara di Januari 2022, penurunannya hanya minus 1,68 persen.

Diketahui, pada akhir Januari 2022, Covid-19 varian Omicron mulai merebak di Indonesia. Sehingga terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.

Hal tersebut membuat pemerintah menarik rem untuk berbagai aktivitas masyarakat di ruang publik untuk mencegah meluasnya penyebaran Omicron, di mana yang masih terjadi hingga Februari 2022.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif