SOLOPOS.COM - Suasana jual beli di Pasar Klewer pada Minggu (12/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO —  Sebagai pusat perdagangan tekstil di Kota Solo, Pasar Klewer masih menjadi jujukan para wisatawan untuk berbelanja di sana. Banyaknya acara besar di Kota Solo juga menjadi salah satu pendongkrak pendapatan para pedagang di Pasar Klewer.

Saat ini setidaknya ada 2.500 pedagang yang mengais rezeki di Pasar Klewer, yang 75% pedagangnya adalah pedagang perempuan.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Hal ini diungkapkan oleh Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Solo, Yuni Wulandari, saat ditemui Solopos.com, di kios Batik Wulandari miliknya di Pasar Klewer pada Minggu (12/2/2023).

Menariknya lagi, para pedagang di Pasar Klewer ini mayoritas telah berganti pemilik menjadi generasi ke-II ataupun generasi ke-III. Seperti yang dilakukan oleh Yuni.

Yuni mengaku memang meneruskan kios milik ibunya di Pasar Klewer, lepas ibu Yuni meninggal dunia. Tradisi ini hampir dilakukan oleh semua pedagang di Pasar Klewer, kecuali ada yang terpaksa tutup karena tidak ada yang melanjutkan.

Namun menurut Yuni, kios yang tutup karena tidak regenerasi pedagang tidak mencapai sepuluh kios.

Yuni mengaku sejak masih kuliah sudah sering menemani sang ibunda berjualan di Pasar Klewer Solo. Kemudian ia membuka kios sendiri mulai 1985.

Berjalan 37 tahun ia berjualan di Pasar Klewer, menurut Yuni tidak ada pengalaman buruk dalam berjualan.

Karena mayoritas pedagang adalah kaum hawa membuat para pedagang relatif seperti saudara dan saling membantu pelanggan letak kios yang dituju.

“Tidak ada persaingan yang tidak sehat, seperti monopoli harga, para pedagang juga tidak ada yang menjatuhkan harga,” terang Yuni.

Walaupun menurut Yuni, selama ia berjualan, tantangan paling besar yang ia alami adalah bergesernya pola perilaku konsumen yang mulai beralih ke online-shopping.

Yuni mengaku belum memahami mekanisme berjualan secara online, kalaupun iya, Yuni hanya memanfaatkan WhatsApp dan Instagram sebagai promosi, namun belum merambah ke marketplace.

“Sekarang saingannya dengan online, kemudian dibandingkan dulu yang jualan di sini [Pasar Klewer] lebih banyak, jadi membuat persaingan usaha jadi lebih banyak,” papar Yuni.

Pandemi Covid-19 juga membuat para pedagang sempat terpukul, namun saat ini menurut Yuni, pembeli di Pasar Klewer sudah realtif lebih banyak.

Karena pada saat pandemi, dalam sehari barang dagangannya sama sekali tidak lalu, serta Pasar Klewer yang sempat ditutup membuat omzetnya menurun.

Kebakaran di Pasar Klewer pun sempat membuatnya harus berjualan di areal parkir, dan hampir seluruh produk miliknya dan milik pedagang lain membuat hangus terbakar.

Setelah kebakaran di Pasar Klewer, dengan bangunan baru para pedagang menempati kios yang lebih kecil, dengan ukuran 1,8 x 1,8 meter, sebelumnya ia memiliki kios 2 x 2 meter. Namun, dengan kios kecil tersebut menurutnya tidak terlalu bermasalah.

“Kalau sekarang dalam sehari paling tidak dapat Rp500.000 hingga Rp1 juta. Saya jualan dari pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB biasanya,” ujar Yuni.

Jelang puasa dan Lebaran tahun ini juga diprediksi Yuni membuat omzet jualannya naik dua hingga tiga kali lipat setiap hari. Namun hingga saat ini, Yuni mengaku belum ada peningkatan permintaan yang signifkan, sehingga ia belum memasok stok dari pabrik.

“Kalau pas lebaran biasanya barang yang paling dicari ya perlengkapan salat, seperti mukena, sajadah, sarung, dan perlengkapan lebaran lainnya. Biasanya pembeli mencari untuk tunjangan hari raya [THR],” ujar Yuni.

Yuni berharap Pasar Klewer tetap menjadi jujukan para pencari barang tekstil di Kota Bengawan. Ia sendiri telah mengirimkan produknya hingga ke Jakarta, dan lain-lain.

Karena menurut Yuni, di Pasar Klewer selalu banyak pilihan dengan harga yang relatif murah, karena menjual dengan harga grosir.

“Kalau ke Solo belum afdol kalau belum ke Pasar Klewer. Semoga di Solo sering ada event-event dan bisa mendorong pembeli datang juga ke Pasar Klewer,” ujar Yuni.

Dengan adanya event besar seperti Mukmatar Muhammadiyah di Solo tahun lalu, menurut Yuni juga membawa keberkahan bagi pedagang Pasar Klewer karena mayoritas wisatawan yang berasal dari luar Pulau Jawa, cukup penasaran dengan Pasar Klewer.



Selain itu menurut Yuni, perlu adanya peta denah Pasar Klewer di setiap pintu masuk, karena saat ini hanya baru ada satu denah. Denah tersebut tentu akan memudahkan pembeli untuk mencari kios tujuannya.

Penuturan senada diuraikan oleh pemilik Griya Izzaty, Dewi Aminah. Dewi sendiri berjualan di Pasar Klewer dari 1992, yang juga meneruskan usaha keluarga.

Kebakaran Pasar Klewer sempat harus membuatnya banting setir ke usaha kuliner, karena kerugian yang ia alami. Namun saat ini pesanan produk miliknya mulai normal berdatangan apalagi setelah pandemi.

“Insya Allah [ada kenaikan] jelang puasa dan lebaran,” terang Dewi. Dewi mengaku pesanan mukena mulai meningkat, namun belum terlalu signifikan, sehingga ia tidak menyiapkan dalam jumlah stok yang banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya