SOLOPOS.COM - Sekitar 135 pekerja/karyawan Masjid Sheikh Zayed Solo mempertanyakan gaji yang diterima tidak sesuai UMK Kota Solo senilai Rp2.174.000 membuat pengurus menjembatani pekerja dengan perusahaan alih daya. (Solopos.com/Dok)

Solopos.com, SOLO — PT Arsa Manajemen Fasilitas (Arsa Indonesia) selaku pemenang tender pengelolaan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo sempat ramai dibicarakan karena disebut memangkas hak atau gaji pegawai outsourcing (alih daya).

PT Arsa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pemeliharaan fasilitas.  Kontrak mereka mengelola dan memelihara Masjid Sheikh Zayed berlangsung selama satu tahun.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Perusahaan ini berdiri sejak 2020 dan fokus dalam bidang manajemen fasilitas publik.

Tercantum dalam situs resmi mereka, PT Arsa menyediakan tenaga kerja dengan skill tinggi untuk pengelolaan suatu fasilitas.

Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Tangerang Selatan, Banten. Kantor cabang terdekat dari Solo adalah di Yogyakarta.

Jasa yang disediakan perusahaan tersebut antara lain jasa manajemen fasilitas terintegrasi, meliputi jasa pembersih, jasa mekanik, listrik, dan pengaturan pipa, jasa higienis, jasa tenaga tambahan kantor, jasa pasokan tenaga kerja, jasa keamanan, jasa penataan taman, dan jasa pengontrol hama penyakit.

Facility Manager PT Arsa, Dhadhang Setyohadi kepada Solopos.com, Kamis (4/5/2023), mengatakan Masjid Sheikh Zayed adalah satu-satunya aset publik yang mereka kelola di Solo. Fasilitas lain yang mereka kelola adalah mal dan hotel di Surabaya dan Bali.

Menurut Dhadhang, pengelolaan Masjid Sheikh Zayed bersifat non-profitable, sehingga perusahaannya mendapat keuntungan dari memenangkan tender gabungan Kementerian Agama Republik Indonesia dan pihak Uni Emirat Arab.

Selain pegawai outsource, ada juga volunteer di Masjid Sheikh Zayed yang mendaftar ke Kementerian Agama. Dhadhang berterima kasih atas keberadaan volunteer yang meringankan pekerjaan pegawai outsource.

Tidak Memotong Gaji

Sementara, mengenai kabar pemotongan gaji, Dhadang tegas membantah hal tersebut. Dhadhang mengatakan yang terjadi bukan pemotongan gaji, melainkan keterlambatan.

“Saya pastikan tidak ada pemotongan gaji, yang terjadi adalah gaji dibayarkan setiap tanggal 1 tetapi Mei ini tanggal 1 jatuh pada hari libur Mayday, perbankan tutup dan kami baru bisa memproses hari berikutnya,” papar Dhadhang.

Dhadhang juga mengatakan ada keterlambatan yang disebabkan oleh sistem absensi. Dia memastikan saat ini seluruh gaji para pegawai sudah dibayarkan sejak Selasa (2/5/2023) siang.

Sementara itu, menanggapi keluhan pegawai outsource yang mengatakan gaji kurang, Dhadhang menyebut besaran gaji pegawai outsource di Masjid Sheikh Zayed sesuai dengan kompetensi yang dimiliki setiap pekerja.

Bagi pekerja yang memiliki sertifikasi resmi terutama di bidang K3, gaji disesuaikan dengan sertifikasi mereka. Namun, bagi pegawai yang lain menerima gaji minimum yang sudah sesuai dengan besaran Upah Minimum Kota (UMK) Solo.

Sementara itu beberapa pegawai outsource Masjid Sheikh Zayed Solo yang enggan disebutkan namanya mengatakan selain gaji, uang lembur Lebaran 2023 juga belum dibayarkan.

Mereka juga mengeluhkan besaran gaji yang di bawah UMK, bahkan ada pegawai yang hanya dibayar sebesar Rp1,4 juta.

Seorang pegawai mengaku, memilih bekerja di Masjid Sheikh Zayed untuk mendapatkan pekerjaan yang barokah, tetapi dia sedih karena gaji saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sementara itu pegawai lainnya berharap mereka bekerja langsung di bawah pihak Kementerian Agama saja, tidak harus melalui PT Arsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya