SOLOPOS.COM - Kawasan parkir salah satu cabang Silicon Valley Bank, AS. Bank Silicon Valley bangkrut setelah ditutup oleh Regulator Perbankan California, Amerika Serikat (AS) belum lama ini. (Istimewa/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diproyeksi tetap mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Imbas dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB)?

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa rupiah masih akan terus bergerak sesuai dengan level fundamentalnya pada kisaran Rp15.200 – Rp15.500 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Dalam RDG minggu ini, kami melihat bahwa BI7DRR [BI 7-Day Reverse Repo Rate] akan dipertahankan di level 5,75 persen,” katanya, Selasa (14/3/2023).

Menurutnya, rupiah juga akan berada di level Rp15.285 per dolar AS pada akhir 2023, dengan rata-rata di Rp15.220 per dolar AS, meskipun ada risiko kenaikan dan volatilitas pasar masih akan terjadi dalam jangka menengah.

Di sisi eksternal, Faisal mengatakan bahwa pasar berekspektasi The Fed, bank sentral AS, akan mengurangi agresivitasnya dalam menaikkan suku bunga, disebabkan oleh bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB). Sebelumnya, pasar memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan meningkat ke level 5,75 persen pada 2023 seiring dengan pernyataan hawkish dari beberapa pejabat The Fed.

Namun demikian, gagalnya SVB pada pekan lalu telah menyebabkan guncangan di pasar keuangan AS. Kinerja saham industri perbankan di AS dan Eropa mengalami penurunan yang signifikan.

Selain itu, indeks dolar AS juga terus melemah, sejalan dengan pelemahan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang global.

Hal ini menyebabkan tekanan di pasar uang berkurang seiring dengan berkurangnya probabilitas the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Kegagalan SVB tersebut telah menimbulkan spekulasi bahwa The Fed dapat mengambil pendekatan yang kurang agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan untuk menghindari risiko lebih lanjut terhadap sistem keuangan.

“Runtuhnya SVB telah mendorong ekspektasi bahwa The Fed diperkirakan tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga,” kata Faisal.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali meminta setiap pihak untuk kembali waspada dalam kondisi global yang tak pasti, khususnya terkait dengan kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank yang memberikan guncangan bagi Amerika Serikat (AS) dan dunia.

Jokowi menegaskan agar segala pihak terkait mewanti-wanti dampak penutupan bank seperti yang terjadi AS tersebut, khususnya terhadap perekonomian Negara lainnya, termasuk Indonesia.

“Ada kebangkrutan bank di Amerika, Silicon Valley Bank. Semuanya ngeri begitu ada satu bank yang bankrut. Dua hari, muncul lagi bank berikutnya yang kolaps, Signature Bank. Semuanya ngeri,” katanya saat pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri, Jakarta, Rabu (15/3/2023).

Lebih lanjut, Kepala Negara menilai bahwa saat ini semua negara tengah memantau efek domino bangkrutnya SVB dan Signature Bank terhadap kondisi ekonomi negaranya. “Semua negara sekarang ini menunggu efek dominonya akan kemana, oleh sebab itu kita hati-hati,” pungkas Jokowi.

Untuk diketahui, Silicon Valley Bank (SVB), bank dengan urutkan ke-16 yang terbesar di Amerika Serikat, ini telah mengalami kebangkrutan. Seperti banyaknya bank lain, SVB melakukan investasi di berbagai sekuritas, termasuk Available for Sale (AFS) Securities.

Adapun, SVB kolaps pada Jumat (10/3/2023) pagi waktu Amerika Serikat (AS). Kebangkrutan bank spesialis pemberi pinjaman startup itu terjadi setelah 48 jam mengalami krisis modal. Selanjutnya, Signature Bank resmi ditutup oleh regulator bank Amerika Serikat pada Minggu (12/3/2023) waktu setempat.

Peristiwa tersebut menyusul bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Silvergate Bank pada beberapa waktu lalu. Sebagai informasi, Signature Bank merupakan salah satu lembaga keuangan di AS yang aktif menjalankan bisnisnya pada sektor pinjaman properti.

Belakangan, perusahaan juga aktif menggarap bisnis simpanan kripto. Pada dasarnya, keruntuhan Signature Bank tak lain merupakan buntut panjang dari gelombang kepanikan yang ditimbulkan usai Silicon Valley Bank resmi dinyatakan bangkrut.

Alhasil, sejumlah bank kecil dan menengah tak terkecuali Signature Bank rentan menghadapi bank runs.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya