SOLOPOS.COM - Ilustrasi mata uang Ringgit Malaysia (Freepik).

Solopos.com, JAKARTA – Bank Sentral Malaysia mempertahankan suku bunga utamanya sebesar tiga persen pada Kamis (2/11/2023) dan hingga 2024, meskipun mata uang ringgit melemah, di tengah inflasi domestik yang stabil dan prospek pertumbuhan yang stabil.

Dengan inflasi sebesar 1,9 persen pada September, terendah sejak Maret 2021 dan jauh di bawah perkiraan pemerintah sebesar 2,5 persen hingga tiga persen untuk tahun ini, Bank Negara Malaysia (BNM) memiliki ruang untuk tetap akomodatif setelah siklus pengetatan yang moderat. Meskipun kenaikan suku bunga sebesar 125 basis poin telah mendorong tingkat suku bunga utama seperti sebelum pandemi Covid-19, ringgit Malaysia telah melemah sekitar delapan persen terhadap dolar AS tahun ini, lebih tinggi dibandingkan mata wang lain di Asia Tenggara.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kekhawatiran terhadap kebijakan The Fed yang agresif dan dolar AS yang kuat serta kondisi geopolitik yang terus memanas baik di Eropa antara Rusia dan Ukraina maupun Timur Tengah antara Israel dan Palestina, mendorong Bank Indonesia dan Bank Sentral Filipina secara tak terduga menaikkan suku bunga pada bulan Oktober setelah jeda yang lama, sehingga menambah tekanan pada BNM untuk melakukan hal yang sama.

Namun, semua ekonom kecuali dua dari 30 ekonom yang disurvei dari 23 Oktober hingga 30 Oktober 2023 memperkirakan Bank Sentral akan mempertahankan suku bunga kebijakan semalam di angka 3 pada Kamis. Dua orang memperkirakan kenaikan 25 basis poin menjadi 3,25 persen.

Meskipun terjadi kenaikan suku bunga dari negara-negara lain di kawasan, kami tidak yakin kondisi telah terwujud untuk mendorong BNM melanjutkan kenaikan suku bunga. Kami tetap berpandangan bahwa BNM telah menyelesaikan siklus pengetatan kali ini. Menurut jajak pendapat terpisah Reuters, Malaysia diperkirakan akan tumbuh sebesar empat persen pada tahun ini dan 4,5 persen pada 2024. Sementara inflasi diperkirakan rata-rata sebesar 2,8 persen pada tahun ini dan 2,5 persen pada tahun depan.

2024: Tak Ada Penurunan Suku Bunga

Meskipun BNM diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga lagi, para ekonomi memperkirakan tidak akan adanya penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Di antara ekonom yang mempunyai pandangan jangka panjang, 23 dari 25 memperkirakan tidak akan ada perubahan sebelum akhir 2024.

Dari sudut pandang BNM, angka tiga persen relatif mendekati tingkat historis. Ini adalah tingkat yang membuat mereka cukup nyaman mengingat dinamika pertumbuhan dan inflasi mereka. Mungkin ada perasaan bahwa BNM perlu mencoba dan menyesuaikan perbedaan suku bunga dengan AS atau mencoba dan meningkatkan sentimen melalui kenaikan suku bunga, yang menurut saya mungkin belum menjadi pilihan mereka.

“Pemerintah Malaysia juga harus mempertimbangkan untuk ‘pegging’ atau mematok nilai tukar ringgit yang merosot terhadap dolar Amerika Syarikat (AS),” Kata FxPro dalam rilis kalender ekonominya.

Kebijakan pematokan nilai ringgit telah diperkenalkan pada saat krisis keuangan Asia pada 1998 saat dirinya memimpin. Ini adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan. Ringgit diketahui menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di negara-negara berkembang Asia tahun ini yang merosot hampir 8% terhadap dollar AS.

Nilai tukar mata uang Malaysia tersebut merosot, di mana MYR4,8 setara dengan satu dolar AS pada bulan lalu, level terlemah sejak Januari 1998.  Di tahun 2024 Mata Wang ringgit terhadap dolar AS diperkirakan terus melemah di MYR 5,1. Mata uang Ringgit dapat merosot lebih jauh sebesar 5% ke rekor terendah 5 ringgit per dolar. BNM perlu kebijakan currency peg akan membantu meringankan tekanan harga.

Sementara itu, aset-aset Malaysia telah menderita tahun ini karena lonjakan suku bunga AS telah menyedot dana kembali ke negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini. Bank Negara Malaysia telah mempertahankan suku bunga acuannya pada 3% sejak Juli, menempatkannya pada rekor diskon ke batas atas patokan Federal Reserve atau The Fed.

Bank Sentral Malaysia Diminta Turun Tangan Pada saat yang sama, pertumbuhan yang tersendat-sendat di China, mitra dagang terbesar Malaysia, telah membebani ekspornya. Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed Ghaffour bersama para pembuat kebijakan Negeri Jiran tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa ringgit menyesuaikan diri dengan cara yang teratur.

Melansir dari Investopedia, pegging adalah kebijakan di mana pemerintah nasional atau bank sentral menetapkan nilai tukar tetap untuk mata uangnya dengan mata uang asing atau sekeranjang mata uang dan menstabilkan nilai tukar antarnegara. Jangkar Stabilitas Jatuhnya mata uang Malaysia selama krisis Asia, menambah tekanan pada cadangan devisa negara ini.

Sebagai contoh kontrol modal pada September 1998 dan kemudian mematok nilai tukar ringgit pada 3,8 per dolar. Kebijakan tersebut dijalankan hingga 2005. IMF, yang pada saat itu menyebut patokan ringgit sebagai “langkah mundur”, kemudian mengakui bahwa hal ini merupakan “jangkar stabilitas” yang membantu pemulihan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya