SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan produksi industri tekstil. (panbrotherstbk.com)

Solopos.com, SOLO – Gelombang produk impor yang tak terbendung disebut menjadi penyebab dominan terpuruknya industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.

Pasar tekstil dalam negeri yang mulai bersemi tak mampu menandingi produk impor yang terus membanjiri Tanah Air.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Hal itu disampaikan Ketua Badan Pengurus Provinsi (BPP) Asosiasi Pertekstilan Indonesia (BPP API) Jawa Tengah, Dewanto Kusuma Wibowo, Rabu (7/6/2023).

Dari segi harga, produk impor jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri. Hal ini menjadi problem yang hingga kini belum terpecahkan.

“Kondisi industri TPT nasional sedang tidak baik-baik saja. Penyebab paling dominan adalah banjirnya produk impor yang menggerus potensi produk dalam negeri,” kata dia, Rabu (7/6/2023).

Dewanto mencontohkan keberadaan penjualan baju bekas impor atau thrifting merugikan pelaku industri tekstil, utamanya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Padahal, fenomena thrifting di Tanah Air sudah cukup lama.

Para pelaku UMKM tekstil bersinggungan langsung dengan thrifting yang menjamur hampir di setiap daerah.

“Permintaan pasar ekpor mengalami penurunan sejak masa pandemi Covid-19. Dan sekarang belum pulih sepenuhnya. Ditambah, fenomena thrifting yang kian menjamur di setiap daerah. Ini problem berat industri TPT nasional yang harus segera dicari solusi alternatifnya,” ujar dia.

Sebenarnya, lanjut Dewanto, pasar tekstil domestik tumbuh pascapandemi Covid-19 seiring dengan pulihnya aktivitas ekonomi dan bisnis.

Namun, pasar domestik tak mampu bersaing dengan produk impor baik dari sisi jumlah maupun harga. Sebagian konsumen memilih barang impor yang harganya lebih murah.

Pemerintah harus menjaga kelangsungan industri TPT nasional yang menjadi penopang perekonomian.

“Industri TPT merupakan industri padat karya yang membutuhkan ribuan tenaga kerja. Serapan tenaga kerja juga akan meningkat jika kelangsungan industri TPT terjaga dengan baik,” papar dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor pakaian bekas mencapai 26,22 ton dengan nialai US$272. 146 pada 2022.

Jumlah tersebut meningkat sekitar 230,40 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021, jumlah impor pakaian bekas mencapai 7,94 ton dengan nilai US$44.136.

Baju bekas impor yang masuk ke Tanah Air berasal dari sekitar 90 negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya