SOLOPOS.COM - Papan nama objek wisata Sendang Kun Gerit di Gemolong, Sragen. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Walau dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Tengah, tak semua lahan di Kabupaten Sragen bisa ditanami padi. Salah satu lahan yang tak cocok ditanami padi itu berlokasi di Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen.

Sebagian besar lahan pertanian di Desa Jatibatur berupa tanah tegalan. Kondisi lahan cukup kering, gersang atau tandus. Warga biasa menyebutkan dengan lahan tidur karena bertahun-tahun tidak pernah dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Seolah tak memiliki prospek yang cerah untuk usaha pertanian, warga sekitar lebih banyak yang memilih merantau untuk bekerja.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Berangkat dari persoalan itu, Pemerintah Desa Jatibatur bersama BUMDes Sumber Rejeki menggagas berdirinya sebuah objek wisata yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat desa setempat. Akhirnya, mereka menggalang dana dari masyarakat untuk membangun sebuah objek wisata baru. Objek wisata yang diberi nama Sendang Kun Gerit ini dibuka pada Agustus 2022 lalu.

Kun Gerit merupakan sebuah sendang tua yang memiliki sumber air melimpah. Sendang ini berlokasi di tengah perbukitan kecil. Walau memiliki sumber air melimpah, sendang ini awalnya tidak terawat. Hingga akhirnya, warga berinisiatif untuk menjadikan Sendang Kun Gerit sebagai daya tarik wisata desa.

Penataan Sendang Kun Gerit murni dilakukan secara swadaya oleh masyarakat desa. Setidaknya ada 563 investor yang menanamkan modalnya untuk membangunan objek wisata air ini. Investor ini merupakan warga sekitar yang sebagian besar merantau ke luar kota. Mereka berinvestasi dalam bentuk saham mulai dari Rp250.000/orang. Hingga akhirnya terkumpul dana yang cukup fantastis yakni Rp2,25 milliar.

Investasi warga tidak hanya berupa uang, ada pula yang berinvestasi dalam bentuk barang hingga jasa. Lahan tempat berdirinya Sendang Kun Gerit dimiliki empat warga. Lahan itu dikonversikan dalam bentuk dana investasi.

Pada 2022 lalu, Desa Jatibatur masuk 40 besar Desa Brilian binaan Kantor Wilayah BRI Yogyakarta. “Dari 40 desa itu, kami menduduki peringkat 22. Kami mendapat hadiah Rp10 juta dari BRI. Dana tersebut kami serahkan ke BUMDes untuk pengembangan Sendang Kun Gerit,” jelas Kepala Desa Kun Gerit, Sutardi, kepada Solopos.com, Kamis (18/5/2023).

Desa Brilian merupakan program inkubasi yang bertujuan menghasilkan role model atau pilot percontohan dalam pengembangan desa. Pengembangan desa tersebut tentunya melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul serta semangat kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi desa berbasis Sustainable Development Goals (SDG’s).

Hingga Desember 2022, BRI telah memberdayakan lebih dari 2.182 Desa Brilia di seluruh Indonesia, di mana 425 di antaranya adalah desa wisata. Tahun ini, BRI kembali menggulirkan Program Desa Brilian 2023 dengan target hingga 1.000 desa di seluruh Indonesia. Program ini secara resmi dibuka di Jakarta pada Rabu (10/5/2023) dengan tema, “Membangkitkan Ketahanan dan Kemandirian Ekonomi Desa di Era New Normal.”

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa Desa Brilian 2023 dibagi menjadi tiga batch dan dilaksanakan pada periode Mei-November 2023. Desa-desa yang tergabung dalam program ini diharapkan menjadi sumber inspirasi kemajuan desa yang dapat direplikasi ke desa-desa lainnya.

“Program ini merupakan program inkubasi desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul serta semangat kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi desa berbasis SDG’s,” ujarnya dalam rilis yang diterima Solopos.com, Jumat (19/5/2023).

Objek wisata Sendang Kun Gerit sendiri berdiri pada lahan seluas sekitar 3.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat satu kolam renang dengan luas 970 meter persegi dengan empat kategori kedalaman air yaitu 40 sentimeter, 90 sentimeter, 1,4 meter, dan 2 meter. Kolam renang itu menggunakan air dari sumber mata air Sendang Kun Gerit yang cukup jernih. Kemurnian airnya menjadi daya tarik pengunjung.

Terdapat juga restoran kecil, musala, kamar mandi dewasa, kamar mandi anak, ruang ganti, saung, gazebo, dan fitness outdoor untuk anak-anak. Objek wisata ini dibuka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga 23.30 WIB dengan tiket masuk Rp5.000/orang pada hari normal.

Sejak dibuka Agustus 2022 sampai Maret 2023 rata-rata 10.000 tiket terjual tiap bulan. Pada hari-hari biasa, rata-rata ada 100-200 warga yang berkunjung. Pada momen Lebaran 2023, Sendang Kun Gerit benar-benar menjadi magnet wisatawan. Berdasar pendataan, jumlah pengunjung Kun Gerit pada H+2 Lebaran atau Senin (24/4/2023) mencapai 3.315 orang.

“Selama momen Lebaran yang berlangsung selama 10 hari, rata-rata ada lebih dari 3.000 orang yang berkunjung ke Kun Gerit. Khusus momen Lebaran, tiket masuk kami naikkan dari Rp5.000 menjadi Rp10.000/orang. Akan tetapi, kenaikan harga tiket itu tidak menurunkan antusias warga. Nyatanya, warga yang datang tetap banyak walau harga tiket naik,” tambah Sutardi.

Sendang Kun Gerit dikelola oleh sejumlah anak muda yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan atau menganggur sejak 2019 lalu. Ada pula ibu rumah tangga atau mantan pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) setelah keuangan perusahaan terpuruk akibat dihantam pandemi Covid-19. Total ada 20 warga yang dipekerjakan di Sendang Kun Gerit.

Keramaian pengunjung di Sendang Kun Gerit menjadi berkah bagi warga sekitar. Sejak ada objek wisata Sendang Kun Gerit, Cukup banyak warga sekitar yang membuka lapak dagangan di sekitar objek wisata. Mereka menjajakkan aneka dagangan. Dengan begitu, perekonomian warga desa sedikit terangkat. Aneka makanan yang dijajakkan di lokasi merupakan produk UMKM yang dihasilkan masyarakat sekitar. Belum lagi pendapatan yang dihasilkan warga sekitar dari pengelolaan lahan parkir.

Sementara itu, pembagian laba kepada investor dilakukan setiap tiga bulan sekali. Persentase pembagian laba disesuaikan dengan jumlah investasi yang diberikan. Keuntungan yang dibagikan kepada investor merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya operasional termasuk untuk pendapatan asli desa (PAD), BUMDes, dan corporate social responsibility (CSR). Dana CSR biasa digunakan membantu warga tidak mampu, yatim piatu atau warga yang sakit menahun.

“Sekarang kami tengah bersiap memperluas area objek wisata. Kami akan menambah area permainan anak. Bagian lereng juga akan kami tata. Untuk pembangunan tahap II, kami mempersilakan masyarakat umum untuk berinvestasi senilai minimal Rp1 juta. Berbeda dengan pembangunan tahap I yang hanya melibatkan warga Desa Jatibatur,” papar Sutardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya