SOLOPOS.COM - Pembeli memilih stiker di lapak stiker di Car Free Day Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Minggu (16/7/2023).

Euforia Car Free Day (CFD) Colomadu, Kabupaten Karanganyar, ditandai oleh ribuan pedagang bergabung meramaikan acara saban Minggu pagi di Jl. Adi Sucipto itu. Namun pedagang yang antusias mengais rezeki di CFD Colomadu itu masih didominasi dagangan makanan dan minuman.

Desi, warga Malangjiwan, Colomadu, mencoba membuat diferensiasi di sana. Ratusan bahkan seribuan stiker digelarnya di salah satu lapak CFD Colomadu. Memang tampil beda, warna-warni stiker itu cukup menyita perhatian pengunjung acara bebas asap kendaraan bermotor itu.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Pantauan Solopos.com, Minggu (16/7/2023) pagi, lapak Desi tak pernah sepi pengunjung. Tak hanya pemuda, orang tua, anak-anak, wanita, pria, tampak mengantre memilih stiker sesuai selera. Ada stiker hanya berkonten tulisan Persis Solo hingga stiker logo klub sepak bola terkenal, stiker band Rolling Stone hingga U2 pun tersedia di sana.

Harga setiap stiker itu pun terjangkau, Rp1.000 hingga Rp3.000 per buah. Berdasar pengamatan Solopos.com, satu pembeli bisa membayar sampai lima bahkan lebih stiker sebelum meninggalkan lapak itu. “Sebenarnya tadi tak ada niat membeli stiker pas berangkat. Tapi lewat sini, kok seru ramai gitu ya. Ya sudah mampir beli lima. Murah sih,” kata Yosi, salah satu pembeli stiker di sana.

Desi pun terlihat sibuk meladeni satu demi satu pembeli. Dia dibantu suaminya, Didik. Mereka berbagi peran. Satu melayani membungkus stiker, satu lagi menerima dan menyiapkan uang kembalian.

Kepada Solopos.com, Desi mengatakan stiker-stiker itu ia kulak dari grosir di Malang dan Jakarta. “Pokoknya marginnya [keuntungan] 60%. Lapak di CFD ya menjadi sampingan tapi lumayan di sini, tiga jam jualan rata-rata bisa dapat omzet Rp700.000,” kata Desi.

Stiker warna-warni itu menjadi pilihan kedua bagi pasangan tersebut. Sebab sebelumnya, mereka lebih suka bermain untuk stiker sepeda motor alias striping. “Persaingan makin ketat dan untungnya makin tipis. Maka kami geser ke stiker bijian seperti ini,” tambah Desi.

Dua tahun sudah mereka meninggalkan striping. Hanya tinggal cerita kejayaan mereka sukses menjual striping sepeda motor baik secara offline dan online.

Setelah banting setir ke produk stiker bijian, Desi memasarkannya ke konter dan warung-warung di Soloraya. Stiker mereka titipkan dengan skema kerja sama konsinyasi. “Sudah 60 konter atau warung. Sebenarnya target kami 300 konter. Tapi rata-rata tidak mau dititipi karena masalah kekurangan tempat. Stiker kan butuh tempat banyak untuk display,” tambahnya.

Meski pola pemasaran itu belum sesuai target mereka, namun omzet yang didapat per bulan mencapai Rp4,5 juta. “Tidak pasti, kadang Rp4 juta tapi bisa Rp4,5 juta,” ujar Desi.

Namun ke depan, mereka merencanakan memasarkan stiker secara online. Alasannya, selain bisa menjangkau lebih banyak target pembeli juga bisa mengirit modal. “Karena kalau online kan bisa pre order. Dipesan dulu baru dicetak. Maka kami juga spesifik membidik produknya lebih ke poster, biar bisa mencetak sendiri atau tidak kulak,” kata dia.

TikTok bakal menjadi sasaran platform untuk pemasaran itu. Walau demikian, Desi juga sudah menyiapkan akun bisnis Google dengan nama Aruna Stiker. “Sudah ada di Google Maps. Reseller juga banyak kontak di situ,”jelasnya.

Berkaca dari pola konsinyasi stiker di konter atau warung-warung, Desi biasa memberi margin keuntungan bagi mereka 20% dari total penjualan. Untuk melengkapi dagangan dan memanfaatkan peluang, dia juga menyediakan paket dagangan gantungan kunci. “Ramai juga penjualan gantungan kunci. Tapi selama ini tetap lebih laris stiker,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya