Bisnis
Minggu, 30 April 2023 - 16:48 WIB

Bakul Pasar Mulai Utang ke Rentenir Setelah Lebaran, Rp500.000 hingga Rp10 Juta

Gigih Windar Pratama  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - IIustrasi uang tunai.(Ilustrasi/Solopos Dok).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah rentenir yang biasa beroperasi di pasar tradisional Soloraya mengaku banyak pedagang yang mulai berutang setelah Lebaran.

Para rentenir tersebut mengaku, sudah menjadi kebiasaan bagi para pedagang berhutang setelah Lebaran untuk mendapatkan modal.

Advertisement

Mereka menyebut, para pedagang berhutang dengan beragam nominal, mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta. Mengenai pengajuan dana yang disetujui, para rentenir biasanya memiliki perhitungan khusus sesuai peminjamnya.

Salah satunya rentenir banjir permintaan pinjaman yakni Prihatin.

Advertisement

Salah satunya rentenir banjir permintaan pinjaman yakni Prihatin.

Prihatin atau akrab disapa Mbah Tin ini beroperasi di beberapa pasar Kota Solo. Saat diwawancara Solopos.com, Sabtu (29/4/2023), ia mengatakan pedagang yang meminjam uang kepadanya meningkat hingga tiga kali lipat pascalebaran.

“Biasanya memang begitu, habis Lebaran, pedagang uangnya habis buat memberikan uang saku ke keluarga, ada juga yang buat ongkos pulang ke kampung halaman atau belanja. Sejak kemarin Senin (24/4/2023) yang pinjam sudah lebih dari 50-an pedagang, padahal biasanya cuman 10 atau 20 tiap minggu,” kata Mbah Tin.

Advertisement

“Saya intinya adil, akadnya jelas, misalkan pedagang hutang ke saya Rp3 juta, ya sudah saya cuman menagih sebesar itu. Misalkan hari itu enggak bisa mengembalikan ada nominal keterlambatan per hari Rp50.000 sesuai akadnya. Enggak ada yang maksimal berapa bulan begitu baru dikembalikan, intinya selama masih belum bisa membayar per hari tinggal ngasih ke saya Rp50.000,” tegasnya.

Mbah Tin menjelaskan, pedagang rata-rata meminjam mulai dari Rp500.000 hingga Rp10 juta sebagai modal berjualan.

“Kalau nomina yang pinjam Rp500.000 ada yang sampai Rp10 juta buat modal. Rata-rata karena uang mereka habis habis Lebaran,” kisahnya.

Advertisement

Cerita serupa juga dialami oleh Yani, rentenir yang biasa beroperasi di Boyolali hingga Kabupaten Semarang. Yani mengaku, pedagang yang berhutang kepadanya meningkat pascalebaran.

“Yang hutang ke saya makin banyak, dari Senin (24/4/2023) sampai Jumat (28/4/2023) sudah Rp100 juta yang saya pinjamkan. Untuk jangka waktu pinjaman ya berbeda-beda, ada yang seminggu dikembalikan, ada yang akadnya sebulan baru dikembalikan,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan, pedagang rata-rata kehabisan modal pascalebaran karena banyaknya pengeluaran. Sementara, ia mengatakan masih banyak pedagang yang masih belum bisa membedakan antara modal belanja dan konsumsi.

Advertisement

“Saat Lebaran, pedagang itu rata-rata memang kesulitan buat mengatur modal, karena mereka mikirnya momentum Lebaran ya bagi-bagi ke saudara sehingga habis buat ngasih uang saku. Emang enggak gampang buat mengatur modal dan konsumsi,” tambahnya.

Yani bercerita, ada beragam alasan mengapa para pedagang masih berhutang ke rentenir. Salah satunya yakni kredit ke bank atau BPR masih belum dipahami oleh para pedagang.

Bahkan adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga masih sulit diakses dengan waktu tunggu yang cukup lama.

“Kalau yang berhutang ke kami ini banyak jelas karena KUR yang masih sulit untuk turun, belum lagi antrenya lama, syarat-syaratnya juga enggak mudah dipahami oleh pedagang. BPR juga belum bisa menjangkau kepada para pedagang dengan persyaratannya. Sedangkan kalau ke kami, bisa pinjam sesuai dengan waktu yang diinginkan pedagang, intinya pedagang mau pinjamnya kapan, kami ada modalnya,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif