SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengangguran. (freepik)

Solopos.com, SOLO —  Wakil Sekretaris Apindo Solo sekaligus Pengurus Apindo Jawa Tengah, Sri Saptono Basuki, mengingatkan kondisi kesenjangan keterampilan jika dibiarkan dapat merembet pada kesenjangan sosial dan tidak hanya menimbulkan pengangguran tinggi.

Tetapi juga berdampak pada terjadinya kemiskinan ekstrem. Basuki menilai pergerakan pencari kerja meningkatkan keterampilan untuk bekerja masih cukup lambat terutama dibandingkan dengan perubahan zaman.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Era disrupsi, teknologi, dan transformasi digital semakin membuat perubahan zaman terjadi sangat cepat, kebutuhan dan keinginan manusia juga semakin bervariatif. Perlu akselerasi semua pihak, jangan ada ego sektoral dan perlu kolaborasi dan komunikasi sosial,” papar Basuki, Rabu (6/9/2023).

Sementara itu,  sejumlah orang menyadari peningkatan keterampilan dianggap penting dalam mencari kerja. Pekerja asal Solo, Dania Nalisa Indah, mengaku rela merogoh kocek untuk mengikuti pelatihan skill dari lembaga independen.

Pelatihan yang diikutinya adalah pelatihan berkala secara virtual dengan biaya sekitar Rp300.000 hingga Rp500.000 dengan waktu pertemuan online sepekan sekali.

Selain itu, dia juga masih mengikuti pelatihan yang disampaikan dalam format video dengan harga Rp8.000 hingga Rp10.000 untuk berlangganan selama 6 bulan.

Menurut Dania, pelatihan peningkatan keterampilan membantunya dapat switch career ke pekerjaan spesifik.

“Untuk membuktikan kompetensi saya, saya harus mempunyai sertifikat pelatihan. Saya lulusan Sarjana Hukum dan awalnya bekerja di bidang customer service ingin berkarier di bidang hukum, salah satunya menjadi Human Resource yang skill dan keterampilannya sudah dituntut tinggi, bahkan banyak yang mulai meminta sertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi, tidak hanya pelatihan kerja lagi,” ujar Dalia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (6/9/2023).

Namun dia mengakui, sertifikasi profesi merupakan langkah untuk memiliki skill dan teori guna membangun karier, tetapi tidak menjamin calon pekerja mendapatkan kerja karena persaingan kerja semakin tinggi.

Dania juga mengatakan pilihan pengembangan skill sudah merupakan keharusan bagi calon pekerja karena persaingan kerja semakin tinggi dan perusahaan akan memilih calon pekerja yang sudah memiliki skill tertentu, sehingga dia rela mengeluarkan uang meskipun biaya kuliahnya juga tidak murah.

Ketua Serikat Pekerja Nasional DPC Solo, Sholihuddin, mengatakan keahlian spesifik semakin dicari dari pekerja oleh perusahaan.

“Mayoritas pekerja sudah perlu memiliki surat pengalaman kerja atau sertifikat keahlian, sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi [LSP] dapat membantu calon pekerja memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan,” ujar Sholihuddin kepada Solopos.com, Rabu.

Dia juga menyarankan para calon pekerja menambah keterampilan di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) dari Kementerian Tenaga Kerja. Menurutnya, sertifikasi dapat mengurangi kesenjangan kemampuan dalam bekerja.

Sholihuddin menilai, saat ini di kesenjangan keterampilan di Soloraya belum cukup terlihat. Menurutnya, peluang kerja umum dan yang membutuhkan skill spesifik cukup merata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya