SOLOPOS.COM - Pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo. (Istimewa/rum-indonesia.com)

Solopos.com, SUKOHARJO – PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, berhenti produksi lantaran menipisnya bahan baku sejak pertengahan 2022. Kapasitas produksi pabrik produsen serat rayon itu sekitar 80.000 ton serat rayon per tahun.

Kabar berhentinya produksi serat rayon di PT RUM mencuat pada beberapa bulan sebelum akhir 2022. Kabar itu tak hanya terdengar di kalangan pelaku usaha, melainkan warga yang berdomisili di sekitar pabrik. Selama beberapa bulan terakhir, hampir tak ada keluhan warga terkait limbah udara yang biasa membuat pusing dan mual warga setempat.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Hal ini dipertegas dengan surat resmi dari PT RUM yang dilayangkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Juni 2022. Surat resmi itu juga ditembuskan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo.

Dalam surat resmi itu disebutkan pemberhentian produksi lantaran menipisnya bahan baku. “Betul. Berhenti beroperasi sejak beberapa waktu lalu,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sukoharjo, Yunus Arianto, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (23/2/2023).

Pria yang akrab disapa Ari ini menyampaikan penyebab pemberhentian produksi PT RUM erat berhubungan dengan ketersediaan bahan baku. Bisa jadi, saking menipisnya bahan baku produksi sehingga manajemen PT RUM mengambil kebijakan untuk berhenti produksi.

Namun, Ari tak mengetahui secara jelas apakah pemberhentian produksi serat rayon hanya bersifat sementara atau tidak. “Bahan baku serat rayon harus impor dari beberapa negara. Sedangkan, saat ini, banyak negara mengalami tekanan ekonomi dan ancaman resesi global. Informasi yang saya dapat seperti itu,” kata dia.

Kepala DLH Sukoharjo, Agus Suprapto, juga memastikan PT RUM berhenti beroperasi hingga sekarang. Agus mengaku menerima surat tembusan dari manajemen PT RUM perihal pemberhentian produksi lantaran menipisnya stok bahan baku.

Soal kabar penutupan PT RUM, Agus belum mendapat informasi akurat terkait itu. “Hingga sekarang masih belum beroperasi. Kalau soal kabar tutup, saya malah belum tahu. Belum ada pemberitahuan dari manajemen pabrik,” ujar dia.

Informasi serupa juga disampaikan warga yang berdomisili di sekitar pabrik. Mereka sudah mendapat kabar ihwal pemberhentian aktivitas produksi serat rayon pada tahun lalu. Sebelumnya, konflik antara PT RUM dengan warga setempat sempat beberapa kali memanas. Warga setempat menempuh berbagai upaya dengan membikin laporan pengaduan ke sejumlah lembaga tinggi negara.

Berdasarkan catatan Solopos.com, kapasitas produksi PT RUM sekitar 80.000 ton per tahun. PT RUM mulai beroperasi pada 2018 guna memperkuat bahan baku benang rayon di lini pemintalan serta mengurangi ketergantungan terhadap impor bagi PT Sri Rejeki Isman (Tbk).

Solopos.com telah mendatangi pabrik PT RUM, namun General manager HRD PT RUM, Hario Ngadiyono, tengah mengurusi keperluan di luar kantor. Saat Solopos.com menghubungi beberapa kali lewat ponsel belum ada respons darinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya