Bisnis
Selasa, 14 Februari 2023 - 19:32 WIB

Babak Belur Bisnis Ekspor: Bangkit dari Pandemi, Dihantam Perang Rusia-Ukraina

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bisnis ekspor Batik Danar Hadi turut terdampak Pandemi Covid-19 maupun perang Rusia-Ukraina. Foto diambil saat fashion show bertajuk Inspiring Ramadan di griya Wuryoningratan, Jl Slamet Riyadi, Solo, Kamis (15/6/2017). (Sunaryo Haryo Bayu1438H/Solopos/JIBI)

Solopos.com, SOLO — Setelah pandemi Covid-19, pengusaha ekspor di Soloraya harus menghadapi perang Rusia-Ukraina yang turut berdampak pada penjualan mereka.

Divisi ekspor PT Batik Danar Hadi, Eko Sudarsono, mengatakan selama 2020-2022, pesanan turun dibandingkan tahun 2019 karena pasar Eropa terdampak perang Rusia-Ukraina.

Advertisement

“Saat ini sudah mulai stabil setelah 2 tahun sebelumnya cenderung turun. Kemarin turun selain karena Covid-19 juga disebabkan naiknya harga minyak dan gas yang terdampak perang Rusia-Ukraina. Perang itu juga berdampak pada pasar Eropa tujuan ekspor kami,” ujar Eko  saat dihubungi Solopos.com, Selasa (14/2/2023).

Perang Rusia-Ukraina juga menyebabkan harga kapas dunia melonjak sehingga berdampak pada tingginya harga kain beberapa bulan belakangan.

Advertisement

Perang Rusia-Ukraina juga menyebabkan harga kapas dunia melonjak sehingga berdampak pada tingginya harga kain beberapa bulan belakangan.

Keuntungan yang didapatkan PT Batik Danar Hadi pun semakin kecil. Eko menjelaskan walaupun harga kapas dunia sudah turun, harga kain putih belum turun secara signifikan.

Usaha furniture juga terdampak perang ini. Pemilik usaha furniture di Karanganyar, Joko Mulyanto, mengatakan pasar ekspornya meredup disebabkan perang Rusia-Ukraina.

Advertisement

Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, tentunya melemahnya pasar sangat mempengaruhi pendapatan. Joko menjelaskan ekspor sudah lemah sewaktu Covid-19 menyerang dan sekarang diperparah perang Rusia-Ukraina.

Selain tantangan perubahan pasar, regulasi pemerintah adalah tantangan yang dihadapi perusahaan PT Limaraya Sejahtera Energi.

Perusahaan ini mengekspor minyak jelantah dan limbah turunan sawit ke Malaysia, Singapura, dan Belanda. Minyak jelantah diekspor untuk selanjutnya dijadikan avtur atau bahan bakar pesawat.

Advertisement

Pemilik usaha PT Limaraya Sejahtera Energi, Danang Wasudeva, mengatakan regulasi pemerintah yang mengharuskan perusahaan menerapkan domestic market obligation (DMO) dengan distribusi minyak bersih ke masyarakat cukup sulit.

“Kami harus distribusi minyak dulu ke warga, yang artinya perlu mencari pasokan minyak bersih untuk didistribusikan. Aturannya 100 ton distribusi minyak bersih baru bisa ekspor 600 ton minyak jelantah,” papar pria yang akrab disapa Deva itu.

Beruntungnya, selama ini perusahaan Deva berhasil memenuhi kuota distribusi minyak bersih 100 ton ke masyarakat itu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif