Bisnis
Senin, 8 Agustus 2022 - 05:56 WIB

Atasi Gap Kebutuhan Gula Konsumsi, Kemenperin Genjot Produksi

Annasa Rizki Kamalina  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pabrik Gula Pangka yang disebut-sebut sebagai pabrik gula tertua di Indonesia. (dprd

Solopos.com, JAKARTA–Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggenjot peningkatan produktivitas industri gula melalui pola intensifikasi dan ekstensifikasi.

Langkah itu sebagai upaya menekan gap atau perbedaan kebutuhan gula konsumsi dalam negeri.

Advertisement

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan pihaknya tengah mengupayakan menekan perbedaan atau gap kebutuhan gula konsumsi, yakni gula Kristal putih atau GKP.

“Kemenperin sedang berupaya untuk meminimalkan gap jumlah produksi gula kristal putih. Oleh karenanya, untuk memenuhi jumlah kebutuhan yang meningkat, diperlukan produktivitas yang tinggi. Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden agar produksi gula konsumsi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (7/8/2022).

Advertisement

“Kemenperin sedang berupaya untuk meminimalkan gap jumlah produksi gula kristal putih. Oleh karenanya, untuk memenuhi jumlah kebutuhan yang meningkat, diperlukan produktivitas yang tinggi. Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden agar produksi gula konsumsi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (7/8/2022).

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 57/2004 tentang Penetapan Gula Sebagai Barang Dalam Pengawasan, gula dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gula kristal mentah (GKM) yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi, gula kristal putih (GKP) yang merupakan gula kebutuhan konsumsi langsung atau rumah tangga, dan gula kristal rafinasi (GKR) yang merupakan bahan baku industri.

Baca Juga: Kala Pulau Jawa Jadi Produsen Gula Nomor 1 di Dunia

Advertisement

Sementara itu, kebutuhan gula 2022 mencapai sekitar 6,48 juta ton, terdiri atas 3,21 juta ton GKP dan 3,27 juta ton GKR.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan saat ini masih terdapat gap kebutuhan gula sekitar 850.000 ton untuk gula konsumsi dan 3,27 juta ton untuk gula rafinasi.

Lonjakan kebutuhan tersebut disebabkan oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan tumbuhnya industri makanan dan minuman yang diproyeksi meningkat 5%-7%per tahunnya.

Advertisement

Dalam menggenjot produksi gula, Putu meninjau PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Blitar, Jawa Timur.

Baca Juga: Harga Gula Pasir Masih Di Atas HET, Ini Langkah Kemendag

Pada 2022, PT RMI mendapat pasokan tebu dengan luasan panen seluas 15.080 hektare (ha) dan potensi produksi sebesar 93.661 ton.

Advertisement

Bila dibandingkan dengan tahun lalu, luas area panen meningkat dari 13.721 ha dan produksi GKP sebesar 67.677 ton.

“Untuk mewujudkan swasembada gula nasional, kami dari pemerintah sangat mengapresiasi atas upaya yang dilakukan oleh PT RMI dalam mengembangkan industri gula nasional dengan mendirikan pabrik gula yang terintegrasi dengan perkebunan tebu melalui kemitraan dengan petani tebu,” tuturnya.

PT RMI saat ini memiliki kapasitas giling 10.000 ton tebu per hari (TCD) dan dapat diperluas menjadi 20.000 TCD dan kapasitas produksi sebesar 1.500 ton per hari (TPD) dengan menggunakan teknologi Defekasi Remelt Karbonatasi (DRK).

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Kemenperin Genjot Produksi Gula, Tekan Gap Kebutuhan

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif