SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor impor (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta kepada Pemerintah RI untuk berhati-hati dalam penerapan pembatasan masuknya barang impor ke Indonesia.

“Kami sudah memberi masukan untuk berhati-hati, karena 70 persen bahan baku produksi kita masih harus impor,” kata Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani saat ditemui di Serang, Banten, Selasa (17/10/2023).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Shinta mengatakan pembatasan barang impor juga harus memperhatikan mekanisme produksi lokal, agar tidak sampai mengganggu suplai bahan baku komoditas lokal yang akan diekspor.

Senada dengan pemerintah, dia menilai illegal dumping penting untuk dihentikan, namun dia menekankan produksi lokal untuk diekspor juga tidak kalah penting.

“Jangan sampai pengetatan impor bisa mengganggu produksi lokal. Tentu kami mengerti illegal dumping harus dihentikan, tapi jangan sampai mengganggu [produksi lokal]. Saat ini saja sudah banyak kendala,” ujarnya pula.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah segera memberlakukan berbagai peraturan untuk memperketat arus masuk barang impor.

Dia menyebutkan hal ini dilakukan untuk merespons keluhan dari asosiasi dan masyarakat akibat membanjirnya barang-barang impor di pasar tradisional, sepinya pasar tradisional, dan peningkatan penjualan bukan barang dalam negeri di e-commerce.

“Nah [barang] yang impor ini tentunya akan mengganggu pangsa pasar produk dalam negeri, kemudian maraknya impor ilegal pakaian bekas, dan di sektor industri tekstil juga terjadi PHK,” kata Menko Airlangga, Jumat (6/10/2023).

Menko Airlangga menambahkan Indonesia sudah menangani beberapa komoditas, baik yang merupakan barang larangan dan/pembatasan (lartas) yakni 60 persen dan non lartas yaitu 40 persen.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada September 2023 mencapai US$17,34 miliar atau turun 8,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan nilai impor September 2023 juga mengalami penurunan sebesar 12,45 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Impor migas senilai US$3,33 miliar, naik sebesar 25,04 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu impor nonmigas senilai US$14,01 miliar, mengalami penurunan sebesar 13,60 persen,” kata Amalia saat konferensi pers Rilis Berita Statistik di Jakarta Pusat, Senin (16/10/2023) seperti dilansir Antara.

Amalia menjelaskan penurunan impor nonmigas September 2023 dari bulan sebelumnya didorong oleh impor golongan mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya yang turun 17,95 persen.

Kemudian ada golongan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang turun 11,89 persen, serta ampas dan sisa industri makanan yang turun 39,02 persen.

“Sementara itu peningkatan impor migas sebesar 25,04 persen disebabkan karena meningkatnya impor minyak mentah yang naik sebesar 94,40 persen,” ungkap Amalia.

Penurunan nilai impor golongan barang nonmigas terbesar September 2023 dibandingkan Agustus 2023 adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya senilai US$401,7 juta (17,95 persen). Sedangkan peningkatan impor terbesar adalah garam, belerang, batu, dan semen US$33,3 juta (43,27 persen).

Secara kumulatif, nilai impor pada Januari sampai September 2023 mencapai US$164,52 miliar atau turun sebesar 8,34 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

“Impor nonmigas mencapai US$138,76 miliar yang turun sebesar 6,52 persen. Sedangkan impor migas mencapai US$25,76 miliar, turun sebesar 17,02 persen,” ujar Amalia.

BPS mencatat tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–September 2023 adalah Tiongkok US$45,68 miliar (32,92 persen), Jepang US$12,36 miliar (8,91 persen), dan Thailand US$7,71 miliar (5,55 persen).

Sementara impor nonmigas dari ASEAN US$23,01 miliar(16,58 persen) dan Uni Eropa US$10,66 miliar (7,68 persen).

Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–September 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal senilai US$2.408,5 juta (9,11 persen) dan barang konsumsi US$1.071,5 juta (7,34 persen). Sementara impor bahan baku/penolong turun US$18.447 juta (13,32 persen).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya