SOLOPOS.COM - Ilustrasi pekerja di Wonogiri saat berdialog dengan Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu. (Dok. Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pengurus Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Lilik Setiawan, mengaku cukup khawatir jika Donald Trump kembali memenangi Pemilihan Presiden AS. Menurutnya, kondisinya kurang lebih sama seperti sebelumnya. Namun demikian, jika Joe Biden yang sukses keluar sebagai pemenang, kondisinya pun tidak lebih baik.

“Kalau secara perhitungan ekonomis, berharap Biden menang karena janjinya baik, seperti kembali mematuhi perjanjian Iklim Paris dan akan mengurangi ketegangan dengan negara di Timur Tengah. Sayangnya, dua poin yang dilihat masyarakat AS, usia Biden yang lebih tua dari Trump serta secara kebijakan kontra produktif dengan hendak mengembalikan Obama Care dan menaikkan kembali pajak untuk golongan menengah ke atas,” paparnya kepada Espos, Rabu (4/11/2020).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Lilik menggarisbawahi isu besar lainnya adalah AS melalui United States Trade Representative (USTR) memutuskan untuk memperpanjang fasilitas Generalized System Preferences (GSP) untuk Indonesia. Perpanjangan fasilitas GSP ini hanya sehari jelang Presiden Joko Widodo didatangi oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, ke Jakarta pada Kamis (29/10/2020).

Pameran Space Fest: Bisnis Kian Mudah dengan Franchise

Menurutnya, siapa pun presiden AS, Indonesia tetap mendapatkan keuntungan dari sisi investasi dan perdagangan dari AS. GSP merupakan fasilitas yang diberikan AS berupa pembebasan tarif bea masuk untuk mendorong pertumbuhan di negara berkembang seperti Indonesia.

Bebas Tarif Bea Masuk

Lilik menilai ini menjadi berita baik dan peluang besar bagi UMKM Indonesia terutama di masa pandemi. Terdapat 3.544 produk Indonesia yang telah diklasifikasi US Customs and Border Protection (CBP) mendapat pembebasan tarif bea masuk melalui GSP. Sebanyak 3.544 produk itu antara lain perhiasan emas, ban karet, tas olahraga, alat musik, kain sutra, dan kain katun.

“Tapi, kita harus hati-hati jika GSP mau dikembalikan, AS minta tidak ada kewajiban bagi perusahaan AS membuat lokalisasi pusat data digital di sini. Artinya perusahaan seperti Amazon, Google, dan sebagainya tidak perlu bikin kantor di sini, ini bahaya sekali. Kita bersyukur kebijakan pemerintah mereka harus punya kantor di sini,” papar dia.

Industri Sawit Buktikan Bisa Jadi Penopang Ekonomi Meski Sering Dicaci

Selain itu, kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia kurang disukai AS. Begitu pula dengan perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI), AS menginginkan Indonesia patuh aturan mereka. AS pun juga minta produk hortikultura tidak terkena pajak saat masuk ke Indonesia.

“Kami sebagai asosiasi menyikapinya secara positif, tapi kami juga harus berhitung. Di sisi lain, ekspor tekstil Jateng ke AS [2019] menguasai 19% dari total nilai ekspor senilai U$D 12,9 miliar, jadi sekitar U$D2,4 miliar. Produk utamanya garmen,” imbuh dia.

Kinerja Ekspor Solo Menurun

Sementara itu, Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Solo dalam Indikator Ekonomi Kota Solo 2019 menyebut perkembangan nilai ekspor Kota Solo pada 2010-2019 menunjukkan tren menurun. Meski demikian, perekonomian tetap tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Peluang Bisnis Air Minum Isi Ulang Menyegarkan

Penurunan kinerja ekspor Solo sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara utama tujuan ekspor, yakni AS dan negara-negara kawasan Eropa, khususnya Eropa Barat. Selain dipengaruhi daerah tujuan ekspor juga, ada yang lebih urgen, yakni kemampuan tumbuh kembangnya komoditas tekstil dan produk tekstil.

Komoditas utama ekspor masih didominasi oleh tekstil dan turunannya, mebel, batik, kantong plastik dan kerajinan kayu/rotan. Beberapa negara tujuan ekspor utama Kota Solo adalah Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, Prancis, Spanyol, China, dan Jepang serta Turki.

Sedangkan Dinas Perdagangan Kota Solo mencatat nilai ekspor Kota Solo pada 2018 mencapai US$44,126 juta. Nilai ini turun pada 2019, yakni sebesar US$ 43,375 juta.

Tren Inovasi Bisnis Batik di Tengah Pandemi

AS Tujuan Ekspor Nonmigas

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat ditinjau dari negara tujuan utama ekspor barang nonmigas asal Jawa Tengah, AS masih merupakan negara pangsa pasar terbesar ekspor nonmigas selama 10 tahun terakhir. Nilai barang nonmigas yang diekspor ke AS sepanjang 2019 mencapai US$2.785 juta atau 33,91% dari total ekspor nonmigas.

AS juga menjadi pangsa pasar utama produk ekspor asal Jawa Tengah unggulan pertama produk pakaian jadi bukan rajutan (HS 62) dengan nilai ekspor sebesar US$1.139,03 juta (55,73% dari total ekspor komoditas tersebut). Dan, kedua adalah produk barang-barang rajutan (HS 61) dengan nilai ekspor sebesar US$ 502,91 juta (52,64%). Selanjutnya Amerika Serikat menjadi pangsa pasar utama Jawa Tengah untuk produk perabot, penerangan rumah (HS 94) dengan nilai sebesar US$ 232,73 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya