SOLOPOS.COM - Aktivitas masyarakat menggunakan alat transportasi atau angkutan sungai. (Istimewa/Djoko Setijowarno)

Solopos.com, SOLO —  Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menilai angkutan sungai semakin sedikit digunakan untuk mengangkut penumpang.

Meski demikian, angkutan sungai masih banyak digunakan untuk mengangkut logistik. Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata tersebut mengungkapkan jumlah sungai di Indonesia 2.397 aliran sungai dengan panjang keseluruhan 84.678 km.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Hal itu, lanjutnya, berdasarkan data dari Direktorat Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan pada 2023.

Djoko menguraikan transportasi sungai menjadi berkurang dengan makin berkembangnya transportasi jalan yang kian menjanjikan kecepatan.

Hal ini salah satunya disebabkan lemahnya penerapan dan pemenuhan standar keselamatan, belum ada keterpaduan dengan moda transportasi lainnya, dan fasilitas sarana dan prasarana belum memadai.

“Serta kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kompentensi, perubahan tata guna lahan yang berdampak pada kedalaman alur pelayaran, dan lemahnya pengawasan keselamatan pelayaran,” terang Djoko melalui pesan Whatsapp, Minggu (25/2/2024).

Lebih lanjut Djoko menjelaskan hasil survei angkutan sungai di Sumatera Selatan 2018 yang dilakukan Ketua Umum DPP Ikatan Alumni Pendidikan Tinggi Sungai, Danau dan Penyeberangan (Ikasdap), Azis Kasim Djou, menyebutkan alasan masyarakat enggan menggunakan angkutan sungai.

Antara lain disebabkan waktu tempuh yang lama dibandingkan dengan menggunakan kendaraan.  Survei tersebut juga menyebut lebih aman menggunakan transportasi darat, dan bahan bakar kapal dinilai dapat mencemari air.

“Kemudian airnya tidak stabil, pemeliharaan sungai tidak dianggarkan, cukup besar dana yang dibutuhkan untuk itu dan kurang efisien, beberapa rute angkutan sungai sudah tidak ada lagi sekarang. Sebagian sungai sudah sangat dangkal, jalan darat lebih lancar daripada lewat sungai, jalan darat tidak berombak, jalan darat lebih dekat, dan sudah terlayani oleh angkutan darat,” kata dia.

Selain itu, Djoko menjelaskan alasan masyarakat mau menggunakan angkutan sungai. Misalnya karena sungai akan terawat lingkungannya dan sebagai alternatif moda transportasi yang nyaman dari jalan darat yang sudah mulai macet dan tidak tertib.

“Alasan lainnya adalah agar sungai tetap terjaga kualitasnya untuk kebutuhan air minum dan rumah tinggal lainnya, sekaligus sebagai kebutuhan alternatif rekreasi. Sensasi berkendara di sungai lebih menarik ketimbang darat serta pada beberapa tempat sungai dapat memotong jalur jalan yang jauh,” ujar Djoko.

Djoko menyebut angkutan sungai juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan, apabila sungai tidak digunakan maka masyarakat tidak akan merasakan manfaat sungai yang banyak dibanding angkutan jalan.

Dia menambahkan banyak masyarakat yang menilai angkutan sungai lebih cepat dan murah, serta untuk kepentingan pariwisata air, rekreasi dan keindahan kota.

Sekaligus, lanjut Djoko, sebagai lokasi budaya ikan, angkutan antarkampung, sebagai salah satu potensi bagi pemasukan/pendapatan daerah. “Ada daerah yang hanya dapat dilalui via sungai/danau dan mempermudah ruang gerak dan efisiensi waktu,” kata dia.

Djoko menguraikan angkutan sungai memiliki keunggulan, seperti tersedia aliran secara alami. Biaya pengembangan jaringan lebih rendah sebanyak 5% hingga 10% dari angkutan jalan dan rel.

Dia juga mengatakan biaya pemeliharaan lebih rendah 20% dari jaringan jalan. Serta keselamatan lebih tinggi dibandingkan angkutan jalan dan bahan bakar lebih efisien sebesar 3,7% dari angkutan jalan.

Menurut Djoko, dampak lingkungan angkutan sungai juga lebih rendah 5,38% dari angkutan jalan. Selain itu, biaya angkut diklaim lebih ekonomis untuk angkutan barang jarak jauh sebanyak 2,86% dari angkutan jalan.

Djoko menyebut angkutan utama untuk daerah terpencil yang jaringan jalan masih sulit atau mahal untuk dibangun. Angkutan sungai dia nilai cocok untuk angkutan wisata dan memungkinkan pelayanan dari pintu ke pintu.

“Mampu mengangkut dengan volume besar, mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut ke perairan daratan dan sebaliknya. Angkutan alternatif untuk mengurangi kepadatan dan kerusakan jalan,” kata Djoko.

Menurut Djoko ada beberapa tantangan untuk revitalisasi, misalnya bergantung pada kedalaman (fluktuasi air) dan kelebaran alur. Selain itu rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai dan kecepatan relatif lebih rendah.

Tingkat reliabilitas kurang terjaga dan kurang fleksibel karena jangkauan rendah yang kecil di sepanjang aliran alur saja. Serta, aksesibilitas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan dan ada kecenderungan angkutan untuk kelebihan kapasitas.

Djoko menilai investasi tinggi untuk kapal baru juga menjadi tantangan tersendiri ditambah tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang.

Djoko menjelaskan Direktorat Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan menyebutkan perlu mendukung isu strategis sektor transportasi dan pembangunan nasional dalam mengembangkan transportasi sungai.

Kedua, mendukung kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait pemberlakuan peraturan over dimension over load. Oleh sebab itu, mampu memberikan alternatif solusi dalam pengalihan beban kendaraan terhadap jalan raya.



Ketiga, mewujudkan transportasi yang murah dan ramah lingkungan. Keempat, jaringan pelayanan sungai di alur pelayaran sungai utama untuk menghubungkan pelabuhan dengan wilayah pelayanan dan integrasi dengan moda transportasi lain.

“Akses ke pelabuhan sungai kurang mendapat perhatian pemerintah untuk dibenahi, seperti halnya akses ke bandara, pelabuhan laut, terminal bus yang benar-benar sudah banyak yang lebih baik. Penumpang angkutan sungai masih diasumsikan masyarakat menengah ke bawah yang tidak memiliki pilihan lain menggunakan transportasi umum,” terang dia.

Menurut Djoko Indonesia sebagai negara memiliki luas perairan dua pertiga dari total wilayah Nusantara. Namun perhatian terhadap transportasi perairan masih kurang diperhatikan.

Anggaran yang minim menjadi hambatan untuk mengembangkan transportasi sungai. Djoko menyebut mayoritas kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungai termasuk wilayah tertinggal kurang tersentuh pembangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya