SOLOPOS.COM - Pemilik Anastasia Craft, Anastasia Kartika Sasanti, 52, membuat kerajinan tenun miliknya di Balai Soedjatmoko, Solo pada Minggu (26/2/2023). (Solopos com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sebagai salah satu warisan kebudayaan, wastra atau kain tradisional Indonesia berupa tenun hingga kini masih dilestarikan. Tak hanya itu, potensi usaha dalam kerajinan tenun ini terbilang dimenjanjikan.

Hal tersebut dikarenakan unsur seni autentik yang melekat dalam setiap motif tenun. Salah satu perajin tenun yang cukup punya nama yakni, Anastasia Kartika Sasanti, 52.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Pemilik Anastasia Craft ini membuat aneka kerajinan tenun yang laku di seluruh Indonesia hingga mancanegara. Anastasia memperoleh omzet rata-rata Rp2 juta per bulan.

Aneka kerajinan tenun hasil tangan Anastasia seperti gelang tenun, strap handphone, strap tas, strap kamera, samir, dan gantungan kunci.

Untuk harga produknya bervariasi, misalkan gelang tenun dibanderol dengan harga Rp35 per buah, hingga strap tas adjustable yang dijual dengan harga hingga Rp375.000 per buah.

Produk yang paling diminati konsumen adalah gelang tenun yang relatif terjangkau dan merupakan barang fesyen. Peminatnya bahkan sampai luar negeri.

Anastasia pernah memenuhi pesanan sebanyak 40 buah strap handphone dan kamera untuk dikirim ke Hongkong.

Kerajinan tenun ini ia rintis mulai Februari 2018. Sebelumnya sejak 1999 ia juga memproduksi tas rajut tapestry. Dari hobi merajut inilah  ia mempunyai inisiatif untuk belajar tenun.

“Saya belajarnya melalui buku, waktu itu saya beli buki dari luar negeri ya. Bisa dibilang belajar sendiri, ternyata di buku tersebut, menjelaskan tentang tenun kartu, yang ada di Mamasa, Sulawesi Barat. Kalau di sana namanya tenun palawa, mereka dulunya pakai tanduk kerbau sebagai alat untuk menenun,  sedangkan saat ia saya memakai kartu sebagai pengganti tanduk kerbau tersebut,” ujar Anastasia saat ditemui Solopos.com di Balai Soedjatmoko, Solo pada Minggu (26/2/2023).

Anastasia menguraikan bahwa tenun kartu memang mempunyai ciri khas produk yang mungil, misalnya peruntukkan untuk hiasan baju yang mempunyai lebar biasanya 3 sentimeter. Tenun biasanya menghasilkan selembar kain dengan ukuran yang besar.

Ia menggunakan kombinasi benang katun dan sedikit benang polyster untuk produknya. “Sebenarnya semua benang bisa, tapi untuk benang polyster dan nilon saya kurang suka dengan teksturnya yang kurang halus, dan pemotongan benang harus dengan dibakar,” ujar Anastasia.

Dalam sehari selama 12 jam, dari tangan Anastasia paling tidak bisa menghasilkan enam hingga delapan buah gelang tenun. Anastasia mengaku hal paling sulit membuat kerajinan tenun adalah menentukan motif dan warna agar terlihat menarik.

Produk miliknya memiliki beberapa motif, misalnya motif Mesir yang membentuk garis dan diagonal, motif Turki yang mempunyai ciri khas bergelombang, dan motif Sulawesi, Indonesia mempunyai diri khas, motif yang lebih timbul. Selain itu, kadangkala ia juga coba-coba membuat motif sendiri.

Anastia menggunakan board dari kayu untuk alat tenunnya, serta kartu untuk memasukkan benang. Kartu ini bisa dibuat dari kotak susu bekas, biasanya motif paling banyak adalah kotak persegi dengan empat lubang.

Namun ada juga yang bebentuk segitiga ataupun segienam yang mempengaruhi tingkat kesulitan menenun.

“Posisi benang sebelah kiri dan kanan itu berbeda, pakan [benang melintang] dimasukkan dalam lungsin [benang memanjang]. Gimana caranya menjadi benang tersebut agar tetap simetris, kotak-kotak di alat tenun juga diputar sehingga terlihat motifnya. Setelah dipadatkan, pakan ditarik, pakan ini sebagai pengganti peluru dalam alat tenun yang besar. Menarik pakan ini ketika enggak sama akan melebar, ketika terlalu kencang akan mengecil,” papar Anastasia.

Alat lain yang dibutuhkan yakni cuthik yang bertujuan menghilangkan twist pada benang untuk menjaga benang tersebut tetap satu arah.

Alat tenun kartu tersebut ia buat dan dijual dengan harga Rp375.000 per buah namun belum termasuk kartu, karena bisa dibuat senditi dengan kertas kotak susu.

Sementara itu, Anastasia juga masih aktif dalam membuat produk tas rajut tapestry yang digelutinya lebih dulu, namun ia hanya membuat produk ini berdasarkan pesanan.

Tas rajut tapestry miliknya dihargai mulai Rp400.000 hingga Rp1,1 juta per buah. Misalnya untuk clutch dibanderol dengan harga Rp400.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya