SOLOPOS.COM - Jumpa pers dan talkshow bertemakan Ethnowellness Nusantara (ETNA), Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (19/9/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution).

Solopos.com, SOLO — Pengembangan wisata kebugaran atau wellness tourism di Indonesia masih kalah dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Padahal potensi wisata tersebut di Indonesia jauh lebih besar dari negara ASEAN lainnya.

Oleh karena itu, Indonesia memerlukan cara pengemasan wisata agar mampu menjualnya dengan maksimal. Selain itu, akselerasi dengan investasi dapat mempercepat penjualan wellness tourism di Tanah Air.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Hal itu disampaikan Chairman Board of ETNA, Tanri Abeng, saat diwawancara jurnalis di sela-sela acara Ethnowellness Nusantara (ETNA), Destinasi Kesehatan Tradisional Indonesia yang digelar Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (19/9/2023).

ETNA merupakan pranata kesehatan yang berakar pada kearifan lokal suku-suku bangsa di Indonesia. Khasiatnya telah terbukti membuat bangsa Indonesia sehat, bugar, dan tahan terhadap serangan penyakit.

Tanri, kemudian menyontohkan kearifan lokal di Solo yang selaras dengan wellness tourism, salah satunya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

“Kami mengajak Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu keraton yang ada di Indonesia, kan jumlahnya ada 56 di Nusantara ini. Kita membahas juga betapa besar potensi wellness tourism, termasuk holistic health,” ujar Tanri saat diwawancara media, Selasa.

Sementara itu, saat ini menurutnya sudah ditemukan 15 ETNA di seluruh Indonesia, antara lain Minang, Batak, Jakarta, Sunda, Jawa, Peranakan Semarang, Madura, Bali, Ambon, Banjar, Dayak, Bugis, Minahasa, Papua, dan Timor.

ETNA juga telah menghimpun beberapa asosiasi yang dapat diajak bersinergi bersama untuk percepatan kemajuan, mengangkat kesadaran akan pentingnya kesehatan promotif, dan preventif.

Serta pembuktian klinis perawatan dengan pendekatan alamiah Indonesia dan mengombinasikan perawatan medis maupun non-medis hingga menggiatkan perjalanan wisata wellness di Indonesia untuk wisatawan nasional maupun asing.

Senada, Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Eddy Wirabhumi, mengatakan saat ini pasar wellness tourism Indonesia baru sebesar 0,5%.

Menurutnya, seluruh komponen pariwisata perlu belajar bersama meningkatkan potensi wellness tourism tersebut.

“Untuk menuju ke sana [wisata wellness tourism], kami perlu belajar sama yang sudah sukses, kan kalau tidak mau belajar malah jadi bodoh. Perlu juga untuk memiliki semangat karena sangat terbelakang di bidang itu [wellness tourism],” papar Eddy dalam kesempatan yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya