Bisnis
Rabu, 23 Agustus 2023 - 22:40 WIB

Anak Muda Mulai Melek Properti, Begini Cerita Gen Z Beli Rumah Sendiri

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bisnis properti. (Istimewa/Freepik)

Solopos.com, SOLO – Para pencari properti saat ini didominasi oleh generasi muda. Telah ada peningkatan kesadaran pada usia muda akan pentingnya kepemilikan properti salah satunya rumah.

Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari, menyebut riset baru-baru ini kelompok umur 20 hingga 35 tahun masih mendominasi pemohonan hunian terbanyak.

Advertisement

Lebih lanjut, dilansir dari Bisnis.com, pada Rabu (23/8/2023), 99 Group melalui platform rumah123.com melihat adanya tren pergeseran usia konsumen. Hal ini terlihat dari pencari properti yang didominasi generasi muda.

Pencari properti berumur 18-24 tahun berkontribusi sebesar 22 persen, sedangkan rentang usia 25-34 tahun berkontribusi sebesar Rp26,4 persen. Artinya, ada peningkatan kesadaran di usia muda akan pentingnya kepemilikan properti.

Advertisement

Pencari properti berumur 18-24 tahun berkontribusi sebesar 22 persen, sedangkan rentang usia 25-34 tahun berkontribusi sebesar Rp26,4 persen. Artinya, ada peningkatan kesadaran di usia muda akan pentingnya kepemilikan properti.

Sementara itu, rumah tapak masih menjadi tipe properti yang paling diincar oleh para pencari properti, dengan persentase 80 persen. Preferensi harga properti dikisaran Rp400 juta mendominasi sebesar 23,1 persen.

Diikuti oleh rumah dengan harga Rp1 miliar-Rp2 miliar sebesar 20 persen. Namun jika dilihat berdasarkan perubahan proporsi sejak 2021, terdapat peningkatan proporsi pada properti dengan harga yang lebih tinggi di atas Rp 1 miliar.

Advertisement

Hasil survei yang dilakukan oleh tSurvey ini menyatakan bahwa instrumen investasi terbanyak yang dipilih oleh milenial untuk membeli rumah adalah tabungan (78% untuk KPR konvensional dan 89% untuk KPR syariah).

Instrumen lainnya yang juga banyak digunakan untuk pembelian rumah adalah logam mulia, deposito, reksadana, saham, crypto dan obligasi. Menariknya, meskipun keinginan milenial dalam memiliki rumah dalam waktu dekat sangatlah tinggi, mereka belum mempersiapkan
investasi yang matang.

Berdasarkan data tSurvey, 7 dari 10 milenial baru memulai investasi dalam bentuk rekening tabungan khusus untuk pembelian rumah selama kurang dari dua tahun. Salah satu masyarakat Solo yang masuk dalam Generasi Zenial (Gen Z), Indika, 27, menjelaskan ia memilih mencicil rumah menggunakan KPR dibandingkan kontrak sebab mempertimbangkan kenaikan harga rumah tiap tahun yang cukup signifikan.

Advertisement

Sebagai karyawan bergaji upah minimum regional (UMR), Indika menyebut persentase kenaikan harga rumah tidak berbanding lurus dengan kenaikan UMR. Karena belum menikah, sehingga kebutuhan lainnya belum menjadi fokus utamanya. “Saya cicil ini tujuannya untuk keluarga, jadinya memang orientasi pertama itu untuk membeli rumah untuk keluarga atau orang tua agar tenang masa tuanya,” ujar Indika kepada Solopos.com, Rabu.

Ia memilih menggunakan tabungan hasil gaji selama empat tahun bekerja ditambah tabungan adiknya untuk membayar DP sebesar Rp7,5 juta. Ia mengalokasikan gajinya untuk diinvestasi reksadana, yaitu pasar uang karena grafik yang bagus untuk jangka pendek. Saat ini ia harus membayar cicilan sebesar Rp960.000 per bulan.

“Jadi waktu ambil rumah itu saya masih menjadi seorang staf dari produsen baju-baju dan anak kemudian waktu saya baca syarat-syaratnya untuk mengambil rumah subsidi,” tambah Indika. Hal berbeda diungkapkan pekerja freelance, Firman, 27, yang mengaku kesulitan memiliki rumah karena tidak bisa mengakses KPR karena pekerjaannya. Oleh sebab itu, ia memilih menabung dan membangun dari nol rumah impiannya daripada membeli rumah tapak.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif