SOLOPOS.COM - Ilustrasi Paylater. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah mahasiswa semester akhir di Solo dan angkatan kerja mengaku was-was jika sulit mendapatkan pekerjaan hanya karena laporan keuangan mereka bermasalah karena aktivitas di paylater maupun pernah menggunakan pinjaman online (pinjol).

Setelah sebelumnya ramai di akun Twitter @kawtus adanya informasi mengenai lima fresh graduate yang gagal mendapatkan pekerjaan karena memiliki kredit macet.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Dalam cuitan tersebut dijelaskan mereka tidak lolos melamar kerja karena berdasarkan Sistem Layanan Informasi Keuangan atau SLIK OJK kelimanya memiliki kolektibilitas 5 (KOL 5) atau macet.

Sejumlah mahasiswa di Solo menjelaskan ragam alasan mereka menggunakan paylater maupun Pinjol.

Mahasiwa semester akhir asal Jebres, Dianita R., 22, bercerita saat ini memiliki tunggakan paylater dengan nominal Rp850.000. Dianita menyebut tagihan tersebut digunakannya untuk membeli beberapa kebutuhan seperti kosmetik hingga pakaian.

“Karena masih belum punya penghasilan saya coba pakai paylater buat beli kosmetik sama kemeja. Itu kan sebenarnya buat persiapan wawancara dan sampai sekarang memang masih belum keterima jadi belum ada pemasukan. Saya sudah dapat teror dan sampai sekarang belum bisa membayar, minta orang tua malu tapi enggak ada uang,” ucapnya saat ditemui Solopos.com, Kamis (24/8/2023).

Ia juga menyadari kabar di media sosial terkait calon pegawai yang tidak diterima karena nilai SLIK OJK yang buruk. Dianita menilai, sebaiknya perusahaan melihat jumlah utang atau memberikan pengecualian jika calon pegawai memiliki nilai kredit yang buruk di SLIK.

“Sebenarnya, ya jadi was-was apakah selama ini enggak diterima kerja karena ada tanggungan utang atau memang kualifikasi yang enggak masuk. Kalaipun karena utang ya kalau bisa dipertimbangkan juga buat apa dan sudah berapa lama. Karena habis lulus dan belum dapat kerja kan sudah enggak dapat uang saku padahal kebutuhan masih terus ada,” kata dia.

Ketakutan serupa dikatakan warga Jagalan, Jebres, Wahyu Prismantyo, 24. Ia mengatakan punya utang pinjol dan paylater dengan total Rp2,8 juta. Wahyu menjelaskan, utang tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan di tengah upayanya mencari kerja.

“Dulu sempat bekerja tapi gajinya enggak cukup dan akhirnya resign, dapatnya hanya Rp1,5 juta per bulan waktu itu. Makanya saya berutang kecil-kecil dan pas resign malah belum dapat kerjaan sampai sekarang,” ujarnya.

Ia mengaku pasrah apabila memang recruiter melihat SLIK sebagai salah satu pertimbangan dalam mencari pekerjaan.

Baginya, semua orang yang berutang tentu ingin melunasi. Namun, harus dimaklumi jika ada keadaan yang membuat mereka belum bisa membayar.

“Saya ya lihat di Twitter kalau ada kasus itu, tapi ya mau bagaimana orang uangnya enggak ada jadi enggak bisa melunasi. Seandainya bisa SLIK bukan hanya sebagai data, tapi juga bisa memberikan bantuan apalagi buat angkatan kerja seperti saya,” ujarnya.

Dikutip dari Bisnis.com, sejumlah bank kini juga mengeluhkan soal banyaknya anak muda yang tidak bisa mengajukan kredit.

“Sebenarnya pinjaman online alias peer to peer lending yang terintegrasi ke SLIK itu bagus ya. Tapi, yang menjadi masalah ketika mereka ada yang punya masalah ke pinjol,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Frederica Widyasari Dewi.

Menurutnya, tunggakan kecil mulai dari Rp300.000 hingga Rp400.000 pun bisa merusak kredit skor. Yang akhirnya mempengaruhi kemampuan mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di bank, mendapatkan beasiswa, hingga mendapat pekerjaan.

Bahkan, dia menyebut seringkali orang mengalami kesulitan saat ingin melunasi tunggakan pinjaman atau paylater, lantaran sejumlah layanan pinjaman online mungkin sudah ditutup, sulit dihubungi, atau terdapat berbagai masalah lain.

Masalah tersebut yang membuat proses pelunasan menjadi sulit.  “Jadi, perlu berhati-hati dalam menggunakan layanan keuangan ini, karena situasi semacam ini nyata terjadi di sekitar kita dan kita akan mengintegrasikan itu [pinjol],” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya