SOLOPOS.COM - Ilustrasi dolar Amerika Serikat. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Kinerja ekspor furnitur terancam anjlok apabila Amerika Serikat gagal membayar utangnya alias mengalami default.

Selama ini, negeri Paman Sam tersebut menjadi pasar ekspor furnitur terbesar selain Uni Eropa. Utang Amerika Serikat terus meningkat dari tahun ke tahun.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Kini, utang negara ekonomi terbesar dunia dunia ini mencapai US$ 31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun mengacu kurs Rp14.700 per dolar AS.

Padahal, Amerika Serikat menjadi salah satu negara tujuan terbesar produk furnitur di Tanah Air. Pasar ekspor furnitur di Amerika Serikat cukup besar dan konsisten memesan beragam produk furnitur yang diproduksi para perajinan furnitur yang tersebar di sejumlah daerah.

Salah satunya sentra kerajinan rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo.

“Hingga Mei, payment produk furniture dari buyer di Amerika Serikat tidak ada masalah. Namun, bisa jadi muncul problem jika Amerika Serikat benar-benar gagal membayar utangnya pada bulan depan,” kata Ketua Bidang  Bahan Baku DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Soloraya, Suryanto, kepada Solopos.com, Kamis (4/5/2023).

Menurut Suryanto, gagalnya Amerika Serikat membayar utangnya bakal menambah sederet problem yang dihadapi para perajin kerajinan rotan.

Konflik berkepanjangan Rusia-Ukraina yang mengakibatkan laju inflasi tinggi di Uni Eropa. Kondisi ini mengakibatkan daya dan penurunan permintaan mebel dari luar negeri.

Selain Amerika Serikat, pasar ekspor furnitur ke Benua Biru cukup kencang mengalirkan devisa negara.

“Sampai sekarang, belum ada kenaikan pesanan dari buyer di Uni Eropa sejak terjadinya perang Rusia-Ukraina. Order dari buyer tidak bertambah sejak tahun lalu,” ujar dia.

Problem tersebut ditambah regulasi yang memperketat pasar ekspor ke Uni Eropa ihwal bahan baku untuk furnitur tidak diperbolehkan berasal dari pohon liar.

Uni Eropa memberlakukan Undang-Undang Deforestasi di Uni Eropa yang menekankan memperketat bahan baku furnitur.

Tak ayal, eksportir Indonesia harus memenuhi standar forest stewardship council (FSC) apabila ingin memembus pasar Uni Eropa.

“Kondisi ekspor furnitur di bawah bayang-bayang tekanan ekonomi global. Sekarang ditambah isu Amerika Serikat berpotensi gagal membayar utangnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya