SOLOPOS.COM - Aktivitas produksi di PT Widodo Makmur Unggas, Tbk (WMUU) yang beroperasi di bawah PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Industri peternakan mengalami banyak tekanan sepanjang 2022. Kondisi itu juga dirasakan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU).

Meski begitu, manajemen WMUU mengaku telah memiliki strategi untuk meningkatkan kinerja di tahun berikutnya di tengah tingginya harga pakan dan tekanan lainnya.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Direktur Keuangan PT Widodo Makmur Unggas Tbk, Wahyu Andi Susilo, menyampaikan, selama 2022, sektor unggas mengalami tekanan yang cukup berdampak pada kinerja perseroan. Menurutnya, harga live bird dan telur ayam ras bergerak begitu dinamis.

Dia menyampaikan berdasarkan data yang dihimpun dari asosiasi Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar Indonesia, fluktuasi harga live bird juga terjadi di sepanjang tahun 2022.

Secara garis besar, harga live bird di semester satu tahun 2022 berada di atas Rp20.000 per kg. Kemudian memasuki semester kedua harga live bird berangsur jatuh sehingga di beberapa daerah menyentuh Rp14.000 per kg.

“Fenomena tersebut dirasakan hampir seluruh pelaku industri poultry dan berdampak pada harga karkas maupun telur komersil,” kata dia dalam Pada Public Expose, di Jakarta yang juga digelar secara daring, Rabu (28/6/2023).

Kondisi tersebut mengakibatkan capaian revenue pada Desember 2022 sebesar Rp2,4 triliun, atau turun sebesar 20,4% dibandingkan Desember 2021 yakni sebesar Rp3,09 triliun.

Menurutnya penurunan tersebut dipengaruhi oleh penurunan penjualan segmen karkas yang mendominasi sebesar 24,5%. Gross profit juga menurun 55,98% dari Rp424,45 miliar pada 2021 menjadi Rp187 miliar pada 2022 yang disebabkan anomali harga karkas di tingkat produsen yang mengalami penurunan pada kuartal 4 tahun 2022. Selain itu dari sisi beban pokok penjualan, biaya pakan juga naik.

Sedangkan EBITDA menurun 7.1% dari Rp379,8 miliar pada 2021 menjadi Rp127,7 miliar pada 2022. Diikuti laba bersih pada 2021 mencapai Rp209,8 miliar, sementara pada 2022 perseroan mengalami rugi bersih Rp9,8 miliar.

Kerugian ini disebabkan penurunan laba operasional karena harga jual produk baik dari DOC, live bird sampai dengan karkas yang turun di bawah harga pokok penjualan (HPP). Menurutnya komposisi HPP tersebut, terbesar disebabkan oleh biaya pakan yang masih cukup tinggi.

Sementara dari sisi beban keuangan, juga cenderung meningkat. Di sisi lain, jumlah aset perseroan meningkat dari Rp2,3 triliun pada 2021 menjadi Rp2,7 triliun pada 2022. Peningkatan tersebut didorong dengan peningkatan jumlah aset tidak lancar atas progress pembangunan beberapa fasilitas produksi perseroan.

Sedangkan untuk jumah ekuitas menurun dari 2021 sebesar Rp1,22 triliun menjadi Rp1,19 triliun pada 2022, atau turun sebesar 2,5%. Dari sisi liability, perseroan meningkat sekitar 39,5% dari 2021 sebesar Rp1,08 triliun menjadi Rp1,51 triliun pada 2022.

Peningkatan didorong secara masif terutama oleh liability jangka pendek dan liability jangka panjang. Lebih lanjut, dia menyebutkan kondisi makro poultry yang dinamis dari sisi harga jual dan biaya pakan yang semakin tinggi berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

“Akan tetapi kami yakin kondisi ini bisa recovery di tahun-tahun berikutnya dan utilitas aset lebih maksimal untuk menghasilkan profit yang sudah ditargetkan dan pengembalian investasi semakin tinggi,” kata dia.

Sementara itu Dirut PT Widodo Makmur Unggas Tbk, Ali Mas’adi, menyampaikan pihak manajemen telah menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi tekanan eksternal.  Salah satu strategi tersebut adalah dengan mengoptimalkan riset khususnya untuk pakan ternak.

“Kami sudah cukup lama melakukan riset bagaimana mengurangi terhadap ketergantungan bahan pakan sumber protein. Sebab mayoritas bahan pakan sumber protein yang dipakai di unggas adalah bungkil kedelai yang masih impor,” jelas dia.

Riset yang telah dilakukan adalah untuk optimalisasi bahan baku sumber protein lokal, sehingga bisa meningkatkan secara kualitas. Serta diharapkan bisa menurunkan cost pakan dengan berbasis bahan baku lokal.

Strategi kedua adalah dengan fasilitas yang dimiliki dimana seluruh peternakan WMUU sudah dilengkapi teknologi penunjang untuk menyikapi perubahan iklim yang sangat fluktuatif.

Dengan begitu diharapkan perusahaan bisa mendapatkan HPP yang lebih kompetitif. Sebelumnya pihaknya juga menyampaikan untuk memperkuat strategi perusahaan, pihaknya memiliki strategi yang terintegrasi secara vertikal mulai dari upstream sampai midstream.

Upstream sudah didukung pabrik pakan, kemudian sudah memiliki perernakan dan dilengkapi tempat penetasan. Kemudian di meidstrem, WMUU sudah memiliki fasilitas untuk budidaya broiler yakni untuk pembesaran ayam potong dan mengembangkan farm layer dimana WMUU juga memproduksi telur komersil.

Kemudian sebagai fokus bisnis yakni di ranah downstream di mana slaughter house dari tempat pemotongan yang kemudian akan menghasilkan daging ayam dan produk turunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya