SOLOPOS.COM - Tengkleng salah kuliner khas Solo. Warga Solo disebut suka jajan kuliner. (Solopos.com/Indah Septiyaning W.)

Solopos.com, SOLO — Potensi wisata Kota Solo terus berkembang seiring dengan pertambahan dan perbaikan ejumlah destinasi wisata baru. Salah satu indikator dari perkembangan ini adalah dengan pesatnya pertumbuhan sektor akomodai makanan dan minuman (mamin).

Meski belum menjadi penyumbang terbesar dalam pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB), akomodasi makanan dan minum (mamin) merupakan sektor terbesar jika dilihat dari sisi pertumbuhannya.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Beberapa pelaku perhotelan menyebutkan pasca pandemi, kondisi kinerja sektor perhotelan terus mengalami perbaikan. Hal tersebut juga sejalan dengan perkembangan sektor pariwisata yang juga kian membaik. Meskipun untuk ke depan, tetap perlu berbagai upaya untuk lebih meningkatkan kinerja. Salah satu yang terus digaungkan yakni mengenai perlunya penguatan kolaborasi.

Saat Solopos.com berbincang dengan General Manager Lorin Solo Hotel, D’wangsa Solo Hotel, dan Syariah Hotel Solo, Heri Haryosa di akhir Januari 2024 lalu, dia menyampaikan bahwa 2023 secara umum dapat dikatakan sebagai tahun baik untuk dunia pariwisata.

Bahkan dia mengatakan secara pertumbuhan, selama 2023, Lorin Group Solo mencatatkan hasil yang lebih baik dibandingkan 2022. Namun ke depan dia optimistis kondisinya akan lebih baik ketika kolaborasi antar sektor maupun antar hotel bisa dikuatkan. Kolabirasi tersebut bisa dilakukan dengan berbagai bentuk. Salah satunya dengan membuat paket bersama dan lainnya.

Bahkan kerja sama tersebut juga bisa dilakukan dengan rumah makan atau resto. Dengan begitu keduanya bisa berkembang bersama.

Hal senada juga sempat disampaikan Ketua PHRI Solo, Joko Sutrisno. Dimana menurutnya kolaborasi yang dijalin di lingkup bisnis, akan berdampak positif untuk ke depan. “Kita tahu, saat ini perkembangan wisata di Solo dan sekitarnya cukup pesat. Biasanya kunjungan wisata akan berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat. Semakin tingki tingkat perekonomian, kesadaran berwisata juga akan meningkat,” jelas dia. Di sisi lain menurutnya, hadirnya hotel baru atau destinasi baru tidak perlu dipandang sebagai pesaing yang akan mematikan usaha. Justru dengan kolaborasi, hal itu bisa menjadi faktor positif.

Berdasarkan data BPS, jumlah perusahaan/usaha jasa akomodasi yang ada di Kota Solo sampai dengan 2023 sebanyak 165 perusahaan yang tersebar di lima kecamatan.  Jika dibandingkan dengan tahun 2022 jumlah, jasa akomodasi bertambah enam yang terdiri dari tiga hotel bintang dan tiga hotel Melati. Dari 165 perusahaan/usaha jasa akomodasi tersebut, 61 di antaranya merupakan hotel berbintang. Sedangkan sisanya adalah hotel nonbintang.

Sedangkan untuk jumlah restoran pada 2023 sebanyak 724 restoran yang tersebar di lima kecamatan. Jika melihat dari tren penambahan jumlah restoran, sempat terjadi lonjakan signifikan pada 2022 dengan 1.148 restoran. Jumlah itu naik cukup banyak dari 2021 yang sebanyak 716 restoran.

Selain hotel dan resto, Solo juga banyak terdapat pelaku usaha katering yang mendukung penyedia lapangan usaha sektor penyedia akomodasi makan dan minum. Secara pasti belum diketahui jumlah usaha katering di Solo. Namun dari kegiatan buka puasa bersama yang digelar di Masjid Sheikh Zayed, di Solo selama Ramadan, pengelola masjid melibatkan 20 pelaku usaha Katering.

Meskipun hal itu juga belum bisa menggambarkan jumlah pelaku usaha katering di Solo secara keseluruhan. Sebab pihak masjid hanya melibatkan pelaku katering kelas UMKM, dan ada kemungkinan juga pelaku usaha yang terlibat berasal dari luar Solo.

Butuh Akselerasi

Terlepas dari itu, sektor penyedia akomodasi mamin ternyata menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi di di Solo pada 2022 dan 2023. Meskipun sektor tersebut relatif kecil yakni sekitar 3,97% dalam perekonomian Soloraya dan 7,03% di Solo, namun tingkat pertumbuhannya sangat tinggi.

Disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, Senin (18/3/2024) lalu, berdasarkan data BPS yang diolah, pada 2022 pertumbuhan secara year-on-year sektor penyedia akomodasi mamin mencapai 42,62%. Sedangkan industri pengolahan 5,72%, perdagangan 4,6%, informasi dan komunikasi 2,11% dan konstruksi 1,08%. Pada 2023, pertumbuhan sektor penyedia akomodasi mamin 11,6%, informasi dan komunikasi 11,15%, perdagangan 5,17%, industri pengolahan 2,87% dan konstruksi 1,38%.

“Pada 2022 untuk pertumbuhan tahunan ada di 42,62% dan di 2023 ada 11,6%. Mungkin ada pertanyaan kok anjloknya jauh? Kalau dihitung pertumbuhan tahunan di 2022 tentu bandingannya dengan 2021 sebab di 2021 masih ada PPKM, sehingga tidak banyak yang datang ke hotel maupun restoran, sehingga lonjakan di 2022 akan tinggi,” kata Dwiyanto.

Kemudian di 2023 ternyata juga masih tumbuh namun tidak setinggi tahun sebelumnya. Dijelaskan bahwa pertumbuhan pada penyedia akomodasi mamin tersebut menggambarkan ekonomi di Solo, dimana potensi wisatanya cukup besar. Diharapkan peningkatan di sektor tersebut akan mendorong sektor lainnya.

Sementara secara umum, Dwiyanto menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Soloraya sekitar 5,41%. Angka tersebut berada di atas Jawa Tengah (4,98%) dan nasional (5,05%). Sedangkan khusus kota Solo ada di 5,57% atau lebih tinggi dari Soloraya, sekaligus Jateng dan nasional.

“Tentu hal ini menjadi hal yang patut disyukuri,” kata dia.

Disebutkan jika Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Kota Solo merupakan yang tertinggi di Soloraya. Untuk 2023, PDRB per kapita di Solo sekitar Rp114,8 juta. Sedangkan di kabupaten lain di Soloraya antara Rp35,15 juta-Rp49,88 juta.

Untuk pangsa PDRB di Soloraya, tertinggi ada di sektor industri pengolahan dengan 31,05%. Lalu diikuti perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,17%. Urutan ketika ada pertanian, kehutanan dan perikanan (12,20%) dan konstruksi (10,54%). Di luar itu ada jasa pendidikan (4,97%), informasi dan komunikasi (4,87%), penyediaan akomodasi dan makan minum (3,97) dan lain-lain (16,24%).

Kemudian untuk pangsa PDRB di Kota Solo, tertinggi ada di sektor konstruksi (27,16%). Kemudian urutan kedua dan ketika ada perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (23,81%) dan informasi dan komunikasi (15,27%). Berikutnya ada industri pengolahan (9,24%), penyediaan akomodasi makan dan minum (7,03%), jasa pendidikan (5,57%), administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (5,19% serta lain-lain (6,72%).

“Sektor industri pengolahan memiliki porsi yang besar dalam perekonomian Soloraya. Hal ini karena di Soloraya memiliki industri tekstil. Namun khusus Solo, porsi terbesar adalah sektor konstruksi. Diketahui, banyak proyek strategis di Solo,” jelas dia.

Sebelumnya Ketua badan Promosi Pariwisata daerah (BPPD) Kota Solo, Retno Wulandari, dalam suatu acara di Solo Februari 2024 lalu menyebutkan bahawa berdasarkan data 2023, jumlah kunjungan wisatawan di Solo mencapai 5.541.700 wisatawan. Jumlah itu naik lebih dari 100% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2.530.805 wisatawan.

Hanya, ada beberapa hal yang menurutnya perlu menjadi kajian bersama, yakni terkait tingkat hunian kamar. Disebutkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Solo di 2022 sekitar 53,37% sedangkan di 2023 sekitar 53,44%. Dengan begitu tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan yang meningkat, secara logika ada tamu yang berkunjung ke destinasi namun tidak semua menginap.

“Ini yang harus diakselerasi bersama bagaimana meningkatkan lama tinggal wisatawan. Kalau mengenai lama tinggal, ini juga harus dilihat, ada tidak yang dikerjakan wisatawan di malam hari, yang membuat mereka tidak beranjak, atau bisa tinggal lebih lama di Kota Solo,” kata dia.



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya