Solopos.com, SOLO — Sutradara asal Solo sekaligus penggagas komunitas film Kembang Gula, Fanny Chotimah, mengatakan penyelenggaraan event-event di Solo perlu menggunakan packaging yang baru sehingga bersifat lebih kontemporer tanpa harus kehilangan jati diri akar rumput khas Kota Bengawan.
“Event-event di Solo banyak, sampai seringnya warga itu tidak tahu. Menurut saya pelaksanaan di Balaikota sudah bagus, tetapi lokasinya masih terasa jauh bagi masyarakat sehingga mereka perlu effort lebih untuk menikmati hiburan yang bersifat guyub,” papar Fanny saat dihubungi Solopos.com lewat telepon, Senin (12/6/2023).
Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan
Fanny memiliki program Festival Film Merdeka berkonsep layar tancep di kampung-kampung sejak beberapa tahun lalu.
Ia mengatakan tujuan programnya yakni mendekatkan event ke warga sehingga mereka merasa memiliki program-program yang menghibur sekaligus guyub.
Pelaksanaannya juga dilakukan dengan santai, sehingga warga bisa datang hanya mengenakan sandal jepit dan sarung.
Lebih penting lagi, Fanny menganggap Festival Film Merdeka bersifat kontinyu sehingga tidak hanya event yang mengisi hari-hari di Solo dengan tujuan membuat Solo tampak ramai.
Selain dengan Festival Film Merdeka yang akan diadakan Agustus mendatang, Fanny juga menggagas pemutaran film indie reguler bernama Srawung Sinema setiap bulannya dengan tujuan menjaga kontinuitas dan tidak terputus.
Film-film yang dia kurasi bersama timnya disesuaikan tema besar setiap bulan, seperti saat bulan Mei mengambil tema pendidikan dan lingkungan untuk bulan berikutnya.
Menurutnya, layar tancap bisa mendekatkan antar tetangga dan memberi cerita yang realistis dan dekat dengan masalah warga sehari-harinya, tidak seperti cerita-cerita khas sinetron yang menjual mimpi dan mustahil diraih.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
