SOLOPOS.COM - Pengunjung bersantai sambil menikmati kuliner di kawasan Selter Manahan, Solo, Senin (2/10/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo menjadi rumah bagi kuliner tradisional. Ini menjadi salah satu potensi yang bisa dikembangkan. Salah satu caranya dengan melakukan inovasi agar kuliner tradisional tetap diminati anak muda.

Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Kota Solo, Wahyu Kristina, mengatakan potensi kuliner tradisional sangat besar mengingat orang luar kota ketika datang ke Solo selalu mencari yang otentik.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Orang ke Solo kan bisanya mencari [kuliner] yang legend, yang otentik. Karena Solo terkenal dengan kulinernya, meski bukan hanya kuliner tradisional yang ramai, sekarang kuliner yang modern juga ramai,” kata dia ketika ditemui di Pura Mangkunegaran, belum lama ini.

Bukan tidak mungkin potensi kuliner tradisional dikembangkan menjadi varian baru. Dia mencontohkan pernah mencoba beras kencur yang dicampur dengan karamel. Varian rasa yang unik itu bisa menarik anak muda agar mau mencoba.

“Beras kencur biasa, anak sekarang mungkin tidak tertarik, tapi ketika ada karamel jadi menarik. Biasanya kalau ada varian baru kan orang penasaran. Cara penyajiannya seperti di coffee shop, beras kencur ini dikasih karamel terus di-shake,” kata dia.

Percampuran antara minuman khas Jawa seperti beras kencur dengan dicampur pemanis dari Eropa seperti karamel ini bukan hal baru. Dalam dunia kuliner dikenal istilah fusion atau dalam Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan dengan istilah gabungan atau campuran.

Bisa diartikan fusion food merupakan sebutan untuk olahan bahan makanan dengan kombinasi berbagai bahan dan teknik pengolahan yang berbeda. Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bhimo Rizky Samudro, melihat fusion food yang seringkali menghadirkan inovasi baru itu diminati anak muda.

“Generasi Z ini lebih menyukai sesuatu yang baru, produk kuliner bersifat fusion. Mereka lebih ingin mencoba jika dibanding generasi yang lama,” kata dia.

Selama ini Solo hanya dikenal sebagai kota yang menjual atau menawarkan kuliner tradisional. Namun, menurut amatan Bhimo, beberapa tahun belakangan kuliner fusion sudah berkembang, meski masih minim.

“Tapi di Solo beberapa tahun terakhir ini memang berkembang fusion food. Maksudnya di sini makanan campuran, yang dikemas dengan kekinian. Saya rasa masyarakat ingin sesuatu yang baru,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya