SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Solo mengimbau warga tak perlu khawatir akan ketersediaan stok beras untuk menghadapi fenomena El Nino.

Pimpinan Perum Bulog Solo, Andy Nugroho menjelaskan stok beras di gudang Bulog Solo sudah lebih dari cukup. Pihaknya telah mengantisipasi ketersediaan stok beras sebelum adanya informasi mengenai El Nino.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Selain menambah stok, Andy menjelaskan pihaknya juga akan melakukan percepatan bantuan pangan dan tetap memasifkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.

“Kalau saat ini stok kami lebih dari cukup, sudah kami antisipasi sebelum ada informasi El Nino. Jadi kami sudah dan akan terus menambah stok. Untuk antisipasi kenaikan harga beras kami melaksanakan program SPHP maupun nanti akan melakukan percepatan penyaluran bantuan pangan di Bulan september ini,” terang Andy saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (4/9/2023) pagi.

Oleh sebab itu, Andy berharap masyarakat tidak perlu khawatir dengan stok beras di gudang Bulog Solo. Pihaknya menjamin stok beras yang tersedia cukup hingga akhir tahun.

Andy menguraikan, pada Senin ini, ada sekitar 17.000 ton persediaan beras di gudang Bulog Solo. Ketersediaan beras tersebut akan terus bertambah dengan penyerapan yang dilakukan dari Bulog Solo.

Saat ini setidaknya ada, 40-50 mitra Bulog Solo. Pihaknya juga bekerja sama dengan para kelompok tani di Soloraya untuk memperluas jaringan.

“Harapannya masyarakat tidak khawatir dengan ketersediaan beras atau stok beras, karena di Bulog Solo, kami menjamin stok beras cukup. Kalau saat ini, per hari ini, kurang lebih 17.000 ton, dan itu nanti akan bertambah terus,” pungkas Andy.

Di sisi lain,  berdasarkan siaran pers Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam laman bmkg.go.id, yang diakses Solopos.com, Senin (4/9/2023), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawari menyebut pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim.

Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara, kata Dwikorita, menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya