SOLOPOS.COM - Ilustrasi kejahatan siber. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Kerentanan keamanan siber yang dihadapi oleh 94% organisasi dan instansi di Indonesia selama setahun terakhir menjadi tantangan anak-anak muda dan tenaga kerja di bidang IT untuk secepatnya membangun dan menciptakan sistem pertahanan dan keamanan yang terbaik.

Hal itu disampaikan Dosen Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Edy Purwo Saputro. “Semakin banyak anak-anak muda yang berkecimpung dan berminat di dunia siber, juga berkarya di dunia IT. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana membangun sistem keamanan terbaik,” papar Edy saat dihubungi Solopos.com, Selasa (2/5/2023).

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Menurut Edy, sistem keamanan digital yang terbaik tentunya yang sudah melewati berbagai ancaman kejahatan siber. Dia juga menambahkan kerentanan memang tidak dapat terlepas dari risiko dan semua pihak sedang berupaya untuk mengantisipasi, mereduksi, atau setidaknya meminimalisasi ancaman risiko yang ada.

Namun dia berkata, kejahatan pasti berbanding lurus dengan penciptaan keamanan itu sendiri. Edy berpendapat modernitas atau kemajuan bentuk adalah implikasi dari teknologi keamanan siber dan upaya pembobolan yang terjadi selama ini.

Sebelumnya, Fortinet merilis Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Global 2023 yang menunjukkan data bahwa secara global diperkirakan dibutuhkan sebanyak 3.4 juta profesional untuk mengisi kesenjangan tenaga kerja keamanan siber. Laporan juga menunjukkan jika sebanyak 84% organisasi di Indonesia yang merekrut ahli baru untuk jabatan di bidang keamanan siber kesulitan menemukan kandidat berkualitas dari kalangan perempuan, veteran militer, serta dari latar belakang minoritas.

Laporan menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah veteran yang direkrut sebagai pekerja dibandingkan tahun lalu, dengan indikasi penurunan jumlah organisasi yang mengaryakan veteran militer dari 65% pada tahun 2021 menjadi 50% pada 2022.

Pada saat yang sama, laporan tersebut menunjukkan hanya ada peningkatan 4% dari tahun ke tahun di organisasi lokal yang mempekerjakan perempuan dan minoritas (59% pada 2021 dan 24% (Indonesia: 24%) pada 2022).

Menanggapi kondisi ini, Fortinet berkomitmen membantu organisasi meningkatkan manajemen risiko di dunia digital lewat otomatisasi dan layanan berbasis machine learning (ML) dan memperluas akses ke pelatihan siber.

Fortinet berjanji akan melatih satu juga orang dalam hal keamanan siber sampai dengan tahun 2026 untuk membantu meningkatkan akses bagi para profesional keamanan siber dan pekerja-pekerja berbakat yang belum terasah yang ingin meningkatkan atau menyegarkan keterampilan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya