SOLOPOS.COM - Stan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam acara Festival Payung Indonesia di Balai Kota Solo, Minggu (10/9/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 44% pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Solo di Indonesia disebut masih mencampurkan keuangan pribadi dan bisnis mereka.

Hal ini diungkapkan oleh Head of Retail Loan Business Bank OCBC NISP, Heriwan Gazali dalam rilis yang diterima Solopos.com, Jumat (13/10/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ia menjelaskan dari sisi pengelolaan bisnis UMKM, menurut OCBC NISP Business Fitness Index 2023 memperlihatkan 44% UMKM di Indonesia masih mencampurkan keuangan pribadi dan bisnis mereka.

Padahal, kedua hal tersebut harusnya dipisahkan demi memudahkan mereka menjaga kondisi keuangan bisnis yang lebih sehat.

Heriwan mengatakan pemisahan keuangan ini juga untuk mempermudah pihak perbankan maupun institusi keuangan lainnya untuk melakukan analisis kelayakan dan kebutuhan modal kerja apabila suatu saat para pelaku UMKM membutuhkan fasilitas kredit.

Oleh sebab itu, Bank OCBC NISP berkolaborasi dengan perusahaan yang bergerak di bidang kemasan ramah lingkungan, Qualita. Kolaborasi ini digagas  mengajak dan mengedukasi UMKM di Indonesia mengubah tantangan menjadi peluang agar siap naik level.

Selain untuk mengembangkan bisnis sekaligus melestarikan lingkungan. Hal ini berguna membangkitkan perekonomian nasional melalui Kompetisi Branding Nyala Bisnis UMKM.

“OCBC NISP berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Melalui Kompetisi Nyala Bisnis ini, kami ingin mendorong UMKM untuk berinovasi dan mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan,” paparnya.

Salah satu dukungan ini adalah pendampingan pengelolaan dana bisnis dengan baik.

Heriwan mengaku pihaknya memahami bisnis UMKM tidak hanya perlu asupan dana yang tepat untuk berkembang. Akan tetapi, perlu literasi dan perencanaan matang agar dapat bertahan secara berkelanjutan.

Tak hanya pengelolaan dana bisnis, cara kedua untuk mengembangkan bisnis secara berkelanjutan adalah dengan melakukan konsep bisnis yang berdampak positif bagi lingkungan.

Dalam OCBC NISP Business Fitness Index 2023 menunjukkan sebagian besar pelaku UMKM belum mengetahui dan belum menerapkan konsep bisnis ramah lingkungan.

Hanya, 42% dari pelaku UMKM yang sudah mengetahui konsep bisnis ramah lingkungan, dan 51% dari pelaku UMKM yang sudah mengetahui konsep bisnis ramah lingkungan tersebut sudah mengimplementasikannya.

Founder & CEO Qualita Company, Lulu Bong,  menguraikan meskipun pelaku UMKM yang memahami dan menerapkan konsep bisnis ramah lingkungan masih rendah.

Namun dari pengalaman yang sudah menerapkan  konsep bisnis ramah lingkungan bisa bermanfaat bagi lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan konsep tersebut adalah menggunakan kemasan ramah lingkungan.

Dia menambahkan selain kemasan ramah lingkungan, pelaku usaha perlu mengetahui pentingnya branding dalam memasarkan produk atau pun layanan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya