Bisnis
Minggu, 20 Februari 2022 - 19:14 WIB

33 Nama Calon DK OJK Lolos Seleksi Tahap II, Faisal Basri Ingatkan Ini

Bisnis.com  /  Bc  /  Danang Nur Ihsan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Faisal Basri (Antaranews.com)

Solopos.com, JAKARTA — Panita Seleksi (Pansel) Pemilihan Calon Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) mengumumkan 33 nama calon anggota DK OJK periode 2022 – 2027 yang lolos seleksi tahap II. Ekonom Senior Unversitas Indonesia (UI), Faisal Basri, mengingatkan agar OJK dipimpin oleh tokoh yang memiliki darah segar.

Pansel memutuskan dari 155 nama yang lolos seleksi tahap I, hanya 33 nama yang lolos seleksi tahap II dan akan masuk untuk seleksi tahap III.

Advertisement

Faisal Basri mengatakan seleksi Dewan Komisioner (DK) OJK jangan sampai hanya dijadikan kesempatan untuk mencari kerja. Saat ini yang dibutuhkan OJK adalah sosok pembaharu yang menawarkan konsep-konsep baru untuk menjawab tantangan-tantangan besar. Selain itu, mereka juga tidak memiliki beban sejarah yang negatif.

Baca Juga: Bos OJK Sebut Pandemi Masih Membayangi Pemulihan Ekonomi RI Tahun Ini

“Kalau yang lama-lama ya kita lihat apa yang mereka hasilkan, lebih gampang menilainya. Saya berharap tidak ada unsur titipan-titipan, dan harus orang-orang yang punya helicopter view. Jadi leadership, visi, dan decisiveness. Jangan dipilih orang-orang yang melihat ini sebagai kesempatan kerja, capek kita dan ini ancamannya berat, jantung ekonomi kita bisa semaput,” ungkap Faisal dalam siaran pers, Minggu (20/2/2022).

Sebagai lembaga tertinggi yang mengawasi sektor keuangan nasional, OJK harus dipimpin oleh sosok pembaharu di bidang ekonomi dan pejabatnya tidak bisa menjadi pejabat biasa yang hanya sekadar melakukan pergantian, reorganisasi semata.

“Jadi mari kita benahi OJK karena tidak ada satu negara yang bisa maju kalau jantung perekonomiannya lemah. Jadi harus aware, kalau pimpinan OJK aware dia punya kemampuan komunikasi dengan stakeholder dalam menyelesaikan masalah,” jelas Faisal.

Mantan Satgas Mafia Migas ini juga menganalogikan OJK dengan jantung yang menyedot dan memompakan darah dalam perekonomian. Menurutnya, saat ini jantung perekonomian nasional terus melemah, bahkan merupakan yang terlemah dibandingkan negara-negara tetangga.

Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Ini Daftar 103 Pinjol Resmi Terdaftar di OJK

Advertisement

“Sebagai perbandingan, dari perbankan Indonesia itu penyaluran kreditnya cuma 38% dari PDB, padahal hampir semua negara di ASEAN diatas 100%. Uang banyak sekali diperbankan, menyedotnya kencang tapi pengembaliannya lemah,” kata Faisal.

Oleh karena itu, OJK berperan sentral di dalam ekonomi dan untuk memperkuat jantung ekonomi. Saat ini, menurutnya kelemahan OJK adalah tidak ada yang mengawasi sehingga mereka berada di zona yang nyaman. Sehingga dibutuhkan desain OJK yang baru dan komisioner-komisioner terpilih harus benar-benar mengerti lingkungan kerja OJK, yakni perekonomian Indonesia sebagai satu kesatuan.

“Masalahnya di OJK adalah adanya kompartemenitas, jadi kalau dilihat dari seleksinya Anda mau ngurusi perbankan, asuransi, pasar modal, atau Ketua OJK dan sebagainya. Nah Ketua OJK tidak bisa mengintervensi urusan yang ada di dalam kompartemen-kompartemen tersebut. Jadi OJK yang sekarang adalah tidak lebih menyatuhan dalam satu gedung atau satu atap Bapepam-LK, Bank Indonesia yang dulunya mengurusi perbankan, dan Kementerian Keuangan, tapi mereka kerjanya sendiri-sendiri walaupun satu ruangan,” jelas Faisal.

Baca Juga: Terkait Kripto hingga Investasi Yusuf Mansur, Ini Komentar Bos OJK

Hal ini berbeda dengan Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), atau Komnas HAM yang seluruh masalahnya ditangani oleh seluruh komisioner sehingga tidak ada lagi pembidang-bidangan. Sementara pada level teknis ada ahli-ahli yang mumpuni untuk menanganinya.

“Jadi di awalnya saja sudah salah pendekatannya. Ingat, komisioner adalah pemutus, jadi kalau mutus kalau perlu voting, kayak di BI ada Dewan Gubernur semua memahami masalah walaupun ada kedeputian bidang-bidang tertentu, tapi kebanksentralan dia harus tahu. Nah, oleh karena itu kembali jangan dijatah-jatah, dua perbankan, dua asuransi, terus adalagi ex-officio dari Kementerian Keuangan, ini harus melebur, sehingga nanti tidak ada lagi kubu BI, ada kubu pemerintah di OJK, dan lain-lain,” terang Faisal.

Menurutnya, jika OJK mau berubah, pimpinan harus mempunyai visi yang menjadikan OJK jantung perekonomian dengan detak yang kencang.

Advertisement

“Masak kita kalah dari Myanmar, paling rendah di bawah negara-negara tetangga. Kita belum pernah mencapai detak jantung sebelum krisis 1998,” tambah Faisal.

Baca Juga: Faisal Basri: Transformasi OJK Harus Segera Dilakukan

Sebanyak 33 33 calon DK OJK yang lolos seleksi tahap II yaitu:

1. Firmansyah N. Nazaroedin, Ak., M.Sc., CA

2. Dr. Dian Ediana Rae, S.H., LL.M.

3. Dr. Iskandar Simorangkir, S.E., M.A., CRGP.

4. Junino Jahja, S.E., M.B.A.

Advertisement

5. Mahendra Siregar, S.E., M.Ec.

6. Dr. Marwanto, MA

7. Budi Santoso, S.E., Ak., MForAccy., PGCS., CA., CFE., CPA. (AUST.)

8. Ir. H. Hariyadi, M.B.A., CERG.

9. Hidayat Prabowo

10. Ir. Difi Johansyah, M.B.A.

11. Dr. Adi Budiarso, FCPA.

Advertisement

12. Didik Madiyono, S.E., M.M.

13. Pantro Pander Silitonga, B.Sc., M.B.A.

14. Ir. Ogi Prastomiyono, M.B.A.

15. Dr. Peter Jacobs, S.H., M.P.A.

16. Dr. Pahala Nainggolan, CA.

17. Dr. Agusman, S.E. Akt., M.B.A.

18. Dr. Friderica Widyasari Dewi, S.E., M.B.A.

Advertisement

19. Prof. Dr. Bambang Pamungkas, Ak., M.B.A., CA., CPA., CFRA.

20. Iwan Pasila

21. Ir. Darwin Cyril Noerhadi, M.B.A.

22. Inarno Djajadi

23. Dr. Agus Susanto, S.I.P., M.M., ACE.

24. Mirza Adityaswara

25. Yuli Kristiyono

Advertisement

26. Tirta Segara, S.E., M.B.A.

27. Etty Retno Wulandari, Ak., CA., M.B.A., Ph.D.

28. Sophia Issabella Watimena, S.E., CA., M.B.A.

29. Mohamad Fauzi Maulana Ichsan, M.Sc.

30. I. B. Aditya Jayaantara

31. Hoesen

32. Prof. Dr. Candra Fajri Ananda, S.E., M.Sc.

33. Doddy Zulverdi, S.E., MIA.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif