Bisnis
Minggu, 30 Juli 2023 - 19:27 WIB

29 Pertashop di Soloraya Tutup pada 2023, Ini Penyebabnya

Gigih Windar Pratama  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu Pertashop di daerah Kerten, Laweyan, Solo yang masih bertahan dan beroperasi hingga Pukul 21.30 WIB. Foto diambil, Kamis (27/7/2023). (Solopos.com/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 29 dari 279 Pertamina Shop atau Pertashop di Soloraya sudah tidak lagi beroperasi pada 2023 ini. Agar bisa bertahan, para pelaku bisnis Pertashop di Soloraya mencoba mengurangi beban operasional.

Advertisement

“Ada 279 Pertashop di Soloraya, dari data yang kami terima, ada 29 Pertashop yang tutup, ada 125 Pertashop dengan omzet Rp200 juta ke bawah. Untuk tetap beroperasi, teman-teman pemilik Pertashop meminimalkan biaya operasional, seperti pengurangan operator. Sehingga, pemilik Pertashop juga bertugas sebagai operator,” kata Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan Jogja, Gunadi Broto Sudarmo, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (27/7/2023).

Ia melanjutkan secara data, omzet penjualan Pertashop merosot hingga 90 persen dan tidak mendapatkan keuntungan.

Advertisement

Ia melanjutkan secara data, omzet penjualan Pertashop merosot hingga 90 persen dan tidak mendapatkan keuntungan.

“Omzet penjualan saat ini merosot hingga 90 persen. Usaha Pertashop tidak memperoleh keuntungan, justru merugi dengan data 201 dari 448 Pertashop di Jateng-Jogja merugi. Pertashop yang tutup terancam tersita asetnya, karena tidak sanggup membayar angsuran,” ulasnya.

Gunadi juga menjelaskan, ada beberapa solusi dari pihak Pertamina untuk mencegah kerugian dari para pemilik Pertashop seperti menambah unit usaha sebagai agen BRILink hingga Pos Indonesia.

Advertisement

“Usaha lain yang menjadi solusi dari Pertamina seperti BRILink, Pos Indonesia, Pupuk nonsubsidi dan Bulog, itu tidak bisa berjalan di Pertashop. Karena butuh tambahan modal seperti berjualan pupuk nonsubsidi dan Bulog, pemilik Pertashop sudah kekurangan modal saat ini. Sedangkan untuk menjadi agen BRILink atau Pos Indonesia  rasanya sulit karena sudah menjamur juga di masyarakat,” lanjutnya.

Gunadi menambahkan, pemilik Pertashop sudah berusaha untuk meminta Pertamina agar Pertashop juga diizinkan untuk berjualan LPG 3 Kg atau gas melon namun masih belum mendapatkan izin.

“Sejauh ini belum diizinkan untuk penjualan LPG dan diarahkan untuk berjualan sesuai yang direkomendasikan dari Pertamina. Tapi untuk pemilik Pertashop saat ini berat di modalnya,” kata dia.

Advertisement

Ia juga menambahkan, adanya penjualan Pertalite di pengecer juga menyulitkan pihak Pertashop. Gunadi mengatakan, perlu ada penindakan bagi para pengecer.

“Pengecer atau Pertamini ilegal dapat margin lebih besar, dapat untung lebih besar, tetapi tidak membayar kewajiban-kewajiban resmi seperti pajak dan biaya lain layaknya penyalur legal. Sedangkan Pertashop yang legal dapat margin kecil, dapat untung lebih kecil, tetapi membayar semua kewajiban resmi seperti pajak dan pungutan legal lainnya,” lanjutnya.

Salah satu operator Pertashop di Solo, Sofyan Aji, menerangkan, saat ini Pertashop memang sulit bersaing, terutama dengan penjual bensin eceran hingga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Pertamina.

Advertisement

“Secara jarak antara Pertashop dan SPBU seringkali enggak jauh jadi sulit bersaing apalagi dengan Pertashop yang hanya menjual jenis Pertamax92. Selain itu, kalau dibandingkan yang jual eceran ilegal, kami juga susah bersaing karena mereka lebih banyak variannya termasuk Pertalite dan BioSolar,” ulasnya.

Pertashop (Pertamina Shop) merupakan outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya.

Pertashop mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina. Pertashop terdiri atas tiga jenis, yakni Gold, Platinum, dan Diamond.

Pada Pertashop Gold, pengusaha diharuskan membeli paket seharga Rp250 juta dengan margin penjualan Rp850 per liter.

Kemudian Pertashop Platinum dijual  Rp417 juta dengan margin Rp600 per liter, dan Pertashop Diamond sekitar Rp570 juta dengan margin Rp435 per liter.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif